Coba tebak ada berapa lagu band atau penyanyi indie yang membawa tema hujan dan senja? Banyak banget kan? Betul, rasanya tema seputar neduh pas keujanan dan pulang kesorean udah jadi semacam tren di kalangan musisi folk independen Indonesia. Sebut saja grup-grup seperti Payung Teduh, Efek Rumah Kaca, Senar Senja, Banda Neira dan seterusnya. Mereka ini contoh satuan musik independen yang suka sekali membawa tema hujan dan senja dalam lagu-lagu mereka. Yah nggak semuanya folk juga sih, tapi intinya gitu deh.
Ada apa sih dengan hujan dan senja?
Mari kita coba bongkar logikanya. Mulai dari hujan dulu.
Secara kasat mata, hujan merupakan sebuah proses turunnya air dari atas langit secara alamiah. Udah gitu aja. Terus romantismenya di mana? Tentu saja sisi romantismenya mesti digali sendiri oleh diri kita masing-masing. Cara yang paling umum adalah dengan membekaskan kenangan berharga ketika situasi sedang hujan. Misalnya, waktu SMA dulu kamu pulang-pergi naik sepeda lipat. Suatu hari gebetanmu minta nebeng pas pulang, jadilah kalian boncengan gitu. Di pertengahan jalan tahu-tahu hujan. Berteduhlah kalian di sebuah halte kosong. Tubuh kalian yang sama-sama lembab bikin kalian duduk mepet di kursi halte. Sambil malu-malu, kalian ngobrol mengenai kehidupan masing-masing sembari menunggu hujan reda.
Pengalaman seperti di atas tentu bakal memperkuat ikatan emosionalmu dengan hujan.
Kalo senja gimana? Mari kita buat juga skenarionya!
Waktu SMA dulu kamu kebagian tugas piket setelah jam pelajaran usai di sore hari. Namun karena temen sekelasmu anak badung semua, akhirnya yang sudi piket cuma kamu sendiri. Tanpa kamu sadari, cewek kelas sebelah yang lagi kamu incer ternyata diem-diem nungguin kamu di luar kelas. Sesekali, doi mengintip-ngintip malu dari jendela dengan perasaan mau bantuin tapi kok malu gitu. Lucunya, kamu tahu dia ada di situ ngeliatin kamu, tapi karena kamu juga tipikal cowok pemalu, kamu pun diam aja. Berdua, kalian saling memperhatikan dalam diam sembari mentari senja jatuh perlahan-lahan di ruang kelas yang berdebu itu.
Gimana? Berkesan banget nggak sih?
Tentu saja hujan dan senja jadi berkesan buat seseorang kalau dia punya cerita seperti ini. Lha kalo nggak? Hmmmmm…
Mari ambil contoh diri penulis sendiri. Karena penulis tidak memiliki masa SMA seindah analogi di atas, hujan dan senja tidak berarti apa-apa buat diri penulis. Yang penulis tahu, hujan itu bikin basah dan senja itu artinya dikit lagi malem. Titik.
Makanya, orang-orang yang seperti penulis lebih susah me-relate diri dengan lagu-lagu bertema hujan dan senja. Alhasil, karena intensitas lagu dengan tema seperti ini cukup banyak di skena indie, penulis pun udah bosen banget dengan tema beginian.
Oleh karena itu, buat teman-teman calon musisi yang mau buru-buru terkenal, lagu soal hujan dan senja bisa jadi pedang bermata dua. Ia bakalan terkenal karena temanya sudah mainstream, tapi juga bakal dibosenin karena temanya yang terlalu mainstream itu.
Kamu sendiri tipe yang mana? Suka hujan dan senja atau nggak?
Sumber foto : scienceabc.com