Setiap anak memiliki potensi dan kekhasannya masing-masing. Tugas orang dewasa di sekitarnya lah untuk membantu anak tersebut menemukan dan menggali potensinya.
Hal yang sama berlaku pun berlaku untuk anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus sering dianggap lebih inferior dibanding anak-anak pada umumnya. Keberbedaan mereka kerap dianggap sebagai bentuk kekurangan. Terkadang, orang tua justru bersikap berlebihan akan hal ini sehingga pengembangan potensi anak jadi teracuhkan.
Benarlah perkataan Felix Baumgartner, penerjun payung asal Austria, berikut ini:
Yang menciptakan batas bagi anak adalah orang dewasa di sekitarnya. Seorang anak tentulah memiliki bakat dan minat akan suatu hal. Maka orang dewasa mesti memberikan akses bagi anak untuk mengembangkan diri. Tidak perlu terlarut dalam ‘keterbatasan’, kalau dicari pasti akan ketemu hal yang cocok dilakukan oleh anak. Seperti di bidang musik misalnya, ada nama seperti Stevie Wonder, pria tunanetra yang berhasil meniti karirnya di dunia Jazz sebagai penyanyi dan multi-instrumetalis ternama
Tentunya, Stevie hanyalah satu dari banyak orang-orang yang dianggap memiliki ‘keterbatasan’ dan mampu membuktikan dirinya. Jalan yang ia tempuh bisa ikut ditempuh oleh siapapun, dengan syarat memiliki pikiran yang optimis dan hasrat tak terbatas untuk mengembangkan diri.
Pokoknya jangan malu atau takut untuk menunjukkan diri. Setiap orang punya ruang untuk berkembang dan bersinar. Ingatlah pula pesan positif Raisa dan Isyana Sarasvati di tembang kolaborasi mereka yang berjudul ‘Anganku Anganmu’ berikut ini:
Sumber foto : HdWallpaper.nu