Lembaga Pendidikan Musik (LPM) KITA Anak Negeri, selain memiliki segudang instruktur berbakat di tiap divisi musik, juga memiliki sederet murid yang tak kalah berbakatnya. Seperti salah satunya murid piano kontemporer yang satu ini, Selma Aprilla namanya.
Menjadi seorang gadis yang memasuki usia mau dewasa bukan perkara gampang. Apalagi kalau yang bersangkutan masih meraba-raba cara menyusun skala prioritas dan pembagian waktu antara satu urusan ke urusan yang lain. Seperti urusan sekolah, pembelajaran musik, pergaulan, dan tentunya waktu istirahat. Hasrat yang sedang tinggi-tingginya untuk mengetahui dan mencoba banyak hal kerap kali menjadi bumerang bagi proses aktualisasi diri mereka. Tapi, hal yang demikian kiranya tidak terlalu menjadi masalah besar buat Selma. “Sejauh ini kalo banyak kegiatan juga masih ada waktu istirahatnya,” ujarnya saat diwawancarai melalui pesan chat pada Kamis (20/4) malam lalu.
Sejak kecil, telinga Selma sudah akrab dengan musik. Pada usia tiga tahun, Selma sudah coba-coba menyanyikan lagu anak-anak dan beberapa lagu pop populer lainnya. Setahun kemudian, Selma diajari bermain keyboard oleh ayahnya, jadilah, keyboard menjadi alat musik pertama yang Selma kuasai. Berikutnya, Selma pun mengikuti les keyboard pop untuk mendapatkan pembelajaran dasar yang lebih baik. “Karena kan dari yang (usia) empat tahun itu autodidak, jadi baru mulai serius (ikut les) itu sekitar kelas dua atau tiga SD,” terangnya.
Selma mengaku, alasannya memilih mempelajari keyboard adalah karena menurutnya memainkan keyboard lebih mudah dari alat musik yang lain. “Terus enak bisa ngiringin diri pake style. Terus suaranya juga bisa macem-macem, banyak gitu,” akunya.
Makin dewasa, kemampuan Selma dalam bermain keyboard semakin baik. Jalur sebagai seorang penampil pun mulai terbuka bagi Selma. Panggung demi panggung ia jajal. Satu yang paling besar dan berkesan buatnya ialah saat menjadi opening act konser penyanyi pop, Tulus di acara Solo City Jazz.
Selain bermain keyboard, Selma juga cukup handal dalam kegiatan olah suara alias bernyanyi. Kegemarannya bernyanyi dari kecil lama kelamaan membentuk karakternya sebagai seorang penyanyi, meski tanpa pendidikan les. “Kalo nyanyi gak les formal gitu, tapi kalo belajar nyanyi sih sempet beberapa bulan waktu SD,” jelas Selma.
Kemampuan bermusiknya Selma tentu didasari oleh motivasi diri yang kuat. Adalah sukar membangun komitmen dengan kegiatan yang banyak kalau tidak memiliki tekad yang teguh. “Motivasi terbesar dari papah, dia bisa semua alat musik. Cara main dia beda sama orang-orang yang jago, tapi feeling dia, the way he plays music itu enak banget. Dan dulu bakat musik dia earned money, jadi dia bisa kuliah pun dari situ. Besides, he is a professor. Jadi motivasi nya sih ya aku mau jadi kayak dia, bahkan lebih. Pinter dan musiknya jalan,” terangnya.
Meski begitu, Selma tetap ingin mengutamakan pendidikan formalnya. Dalam bidang akademik, Selma bisa dibilang siswi berprestasi. Pernah menjadi juara dua lomba debat dan beberapa lomba lainnya. Di sekolahnya pun, Selma sudah langganan bertengger di ranking teratas sejak ia kelas satu. Bukannya apa, prestasinya ini ia siapkan untuk lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) ke Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Teknologi Pangan.
Selma berharap, di masa depan nanti ia bisa mendapatkan pekerjaan yang selain mapan juga memungkinkannya untuk menggeluti hobi bermusiknya. Pekerjaan yang tidak membuatnya lupa dengan musik, seimbang dan tak saling ganggu. Masalah pekerjaannya apa, Selma sendiri belum mau terlalu ambil pusing. “Masih belum tau mau jadi apa, yang penting ilmunya dulu (tertawa),” tutupnya malam itu.