Nusantara telah mengenal jati dirinya dalam musik jauh sejak masa kuatnya pengaruh Hindu-Buddha. Musik yang pada masa itu merupakan sebuah bagian dari kegiatan ritual di masyarakat. Alat musiknya pun terbilang sederhana dengan melalui alam sekitarlah yang akan menjadi sumber bunyi-bunyian untuk mengiringi prosesi ritual tertentu, dan beberapa benda yang dianggap memiliki nilai magis akan dijadikan alat musik. Berkembangnya Hindu-Buddha di pulau Jawa pun pada akhirnya membuat perkembangan juga dalam bidang musik. Musik tidak hanya diperlukan untuk prosesi ritual saja, tetapi juga sebagai sarana hiburan untuk orang-orang istana, maka dari itu mulai bermunculan alat musik seperti gamelan yang ditujukan untuk hiburan orang istana serta para tamu raja.
Masa peralihan Hindu-Buddha ke Islam pun sangat terlihat pada perkembangan dunia seni musik di Nusantara. Dengan masuknya Islam, nusantara pun mulai mengenal alat-alat music seperti rebana dan juga gambus yang diperuntukkan untuk musik hiburan dan prosesi ritual yang dipercaya dapat mengusir ruh-ruh jahat. Dengan akulturasi religi ini membuat musik Nusantara memiliki akar yang kuat dalam seni musik tradisional, dan jika seni ini akan diterjang oleh budaya asing lainnya tidak akan tergerus akarnya karena telah berhasil membangun identitasnya.
Dalam artikel ini, KITA ingin menjelaskan pengaruh kuat musik Nusantara ke dunia luar. Seperti yang ada di artikel KITA sebelumnya mengenai musik kerocong sebagai aset bangsa, di artikel KITA kali ini juga akan membahas musik-musik pra-modern yaitu dengan masuknya budaya musik pada masa kolonialisme.
Kisah sebuah bangsa yang terjajah tak lepas dari kisah para penjajahnya. Para penjajah datang dan menuangkan semua ideologinya mulai dari Bahasa, budaya, dan juga sistem sosial. Pada masa kolonialisme inilah Nusantara mulai mengenal alat-alat musik dari tanah Biru (baca : Eropa) seperti violin, cello, flute, dan gitar. Nusantara sebagai jajahan Belanda pun mendapatkan pengaruh kuat dari budaya-budaya barat, salah satunya adalah musik. Pada akhirnya, setelah masa keroncong yang diadopsi dari Portugis dengan saudade dan fado nya, akhirnya nusantara mengenal musik yang sedikit keras. Pada awal 1940, terjadi percampuran antara musik barat yang diperkenalkan Belanda dengan musik asli Nusantara yang berakar pada Keroncong. Dan akhirnya percampuran itu lahir dengan nama Indo-Rock.
Berakar dari keroncong dan juga akulturasi musik barat, Indo-Rock menunjukkan tajinya di dunia internasional. The Tielman Brothers merupakan sebuah keluarga yang juga sebagai pelopor lahirnya Indo-Rock di nusantara yang pada masa itu bernama Hindia-Belanda pada awal 1940an. Keluarga Tielman ini membentuk sebuah grup musik yang mengusung Indo-Rock ini pun dapat menembus pangsa internasional. Mereka yang berdomisili Surabaya pun menggemakan namanya di ranah Eropa sejak hijrahnya mereka ke Belanda pada 1957. Indo-Rock semakin populer, pada kala itu Tielman Brothers bermain di Hamburg dengan tumpah ruahnya penonton. Dalam tumpah ruah tersebut terdapat sosok anak muda yang dating jauh ke Hamburg dari Liverpool, tak lain ia adalah John Lennon. Tak ayal bahwa nama besar The Beatles lahir karena pengaruh dari Indo-Rock, yang mana merupakan aset bangsa Indonesia.