Ibarat sebuah negara yang berdaulat, Bekasi memiliki Kedutaan Besar (Kedubes) sendiri. Kedubes yang beralamat di Jalan Raya Jatikrmat No. 2A, Kecamatan Jatiasih Bekasi ini, barangkali adalah Kedubes paling kekinian di seluruh dunia.
Alih-alih mengurusi hubungan bilateral antar-negara, Kedubes Bekasi malah menjadi langgangan tempat nongkrong buat muda-mudi Bekasi. Karena memang, Kedubes Bekasi ternyata bukanlah sebuah lembaga kedutaan besar sungguhan, melainkan tempat kumpul bagi anak muda yang menaruh minat pada seni dan budaya.
Awalnya, Kedubes Bekasi merupakan hasil evolusi dari sebuah komunitas kecil bernama Pede Gede Kreatif pada tahun 2014. Memasuki 2015, komunitas ini berubah nama menjadi Kedubes Bekasi. Perubahan ini berawal dari kekesalan Fithor Faris, penggagas Kedubes Bekasi, atas maraknya olok-olok yang diarahkan ke Kota Bekasi.
Melihat hal ini, demi memberikan pencerahan kepada masyarakat mengenai potensi yang dimiliki Kota Bekasi dalam bidang seni dan budaya, Fithor pun mendirikan Kedubes. Sesuai dengan tujuan pendiriannya, kegiatan di Kedubes Bekasi berkutat pada aktivitas seni dan budaya. Mulai dari pembacaan puisi, seni musik, seni lukis, seni ilustrasi, membuat komik, dan lain sebagainya. Selain asalan tersebut, Fithor juga merasa Kota Bekasi memang kekurangan pegiat komunitas kreatif, sehingga eksistensi Kedubes Bekasi diharapkan juga menjadi sebuah sarana pembuktian.
Tidak hanya berupa kegiatan-kegiatan seperti di atas, Kedubes Bekasi juga memiliki sebuah kios buku bekas dengan harga buku yang terjangkau. Kebubes Bekasi juga memberikan tempat bagi banyak penjaja makanan dan jajanan gerobak untuk dinikmati oleh anak muda yang datang sembari nongkrong. Bahkan, kedepannya Fithor berencana membangun sebuah galeri seluas 1.000 meter persegi yang memajang karya berisi olok-olok seputar Bekasi.
Meski begitu, layaknya sebuah perwakilan negara, Kedubes Bekasi memiliki paspor kenegaraannya sendiri. Paspor yang bisa didapatkan dengan Rp 35.000,- ini adalah merchandise paling khas. Bukan sembarangan, paspor Kedubes Bekasi benar-benar memuat identitas singkat sang pemilik. Benar-benar seperti paspor sungguhan!
Sumber referensi : malesmandi.com
Baca Juga
KITA mau meng-update nih tentang kehidupan baru sebuah Waltz yang baru ditemukan oleh Frédéric Chopin, yang baru-baru ini ditemukan dari brankas di Perpustakaan dan Museum Morgan (Morgan Library and Museum)
Yessss, setelah Depok petjahhh oleh Kompetisi Piano Nusantara Plus Oktober lalu, dengan jumlah peserta yang tidak tanggung-tanggung, 65 peserta (baca : https://kitaanaknegeri.com/depok-petjaahhhh/ ), bulan ini kak Ananda Sukarlan akan kembali
sebuah obituari oleh Ananda Sukarlan. Jujur saja, saya tidak begitu mengenal sosok Tatan Daniel. Tapi saya ingin menulis obituari ini karena saya pengagum karya-karya dan juga kepribadiannya sebagai seorang seniman
Hai hai, bagaimana kabarnya para peserta Kompetisi Piano Nusantara Plus? Ternyata banyak yang masih penasaran nih, terutama yang di Depok, Bekasi dan sekitar sini yang belum meraih kejuaraan. Eh, ternyata
Yesss! Depok sukses menyelenggarakan kompetisi musik klasiknya yang pertama dalam sejarah. Sejarah itu telah tertorehkan hari Minggu, 6 Oktober 2024 di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, bersama