Sobat KlasiKITA, beberapa waktu yang lalu KITA Anak Negeri mendapat kesempatan istimewa ngobrol seru bareng pianis Indonesia yang punya prestasi segudang dan sangat-sangat-sangat ramah dan rendah hati. Dia adalah orang Indonesia pertama (PER-TA-MA!) yang berhasil meraih Doctorate of Musical Arts in Performance and Literature dari Eastman School of Music Amerika Serikat. Seorang performer berbakat yang selalu all out di setiap pertunjukan sejak dia masih anak-anak. Pemenang Ananda Sukarlan Award 2010 yang saat ini dia merupakan Presiden dari World Piano Teachers Association – Indonesia. Seorang pekerja keras yang hobi membaca buku, memasak, dan menonton film. Edith Widayani.
Kak Edith juga merupakan lulusan Bachelor of Music in Piano Performance, magna cum laude, dari Texas Christian University School of Music dan Master of Music in Piano Performance and Literatur dari Eastman School of Music. Kak Edith pernah belajar dari Mrs. Edmay Solaiman, Mrs. Aisha Pletscher, Dr. Johannes Nugroho, Prof. Ling Yuan, Dr. Tamás Ungár, dan Prof. Barry Snyder.
Sobat KlasiKITA, untuk meraih gelar Doktor di AS, kandidat harus menulis thesis dan mengadakan pertunjukan konser. Kak Edith menggunakan Rapsodia Nusantara karya Kepala Divisi Piano Klasik KITA Anak Negeri, Kak Ananda Sukarlan sebagai bahan riset. Nah, Sobat KlasiKITA bisa menyaksikan resital doktoral Kak Edith di sini: https://youtu.be/yeDlrpph6bM
Ada satu hal yang unik dan menyenangkan dari sosok Kak Edith, ia terasa sangat dekat dengan dunia anak. KITA pun mengajaknya diskusi banyak hal soal dunia anak. Ada banyak inspirasi yang bisa Sobat KlasiKITA peroleh dari perbincangan saat itu. Selamat membaca!
Apa cita-cita Kak Edith sewaktu masih anak-anak dan kenapa memilih cita-cita itu?
Cita-cita pas kecil banyak sih ya, tapi sebenernya pas udah beneran bisa milih, ya, akhirnya milih untuk menjadi musisi. I think being a musician gives me the chance to be who I truly am, makanya mungkin akhirnya milih itu. Dulu sih pas kecil mikirnya cuma, “Oh, kalo yang ini saya suka dan I’m actually kinda good at it, kenapa ngga diterusin aja.” Tapi terus setelah didalami, baru menyadari bahwa actually being a musician involves a lot (and I mean, a lot) of hard work, blood, sweat, and tears juga. No regrets though, sangat amat hepi dengan pilihan cita-cita ini.
Selain bersekolah dan studi piano, apa saja aktivitas seru Kak Edith lainnya sewaktu masih anak-anak?
Dulu pas kecil olahraga sih ya, saya dulu sering berenang (dan unfortunately bukan yang main-main aja tapi beneran latihan bolak balik gitu). Tapi kalo sore-sore abis sekolah trus harus berenang somehow bisa menenangkan pikiran juga, sambil berenang bisa mikirin hal-hal lain juga, so it’s a lot of time on my own to destress juga.
Menurut Kak Edith, tantangan terbesar apa yang dihadapi anak-anak di masa sekarang dalam bertumbuh?
Biggest challenge… Mungkin bagaimana caranya memilah the vast amount of information and activities yang dikerjakan ya. Di zaman yang lebih modern ini, kayanya jauh lebih banyak pilihan dan resources juga yang dimiliki anak. Mungkin kalau masa saya masih kecil dulu, gadgets dan smart devices belum segitu banyaknya, jadi kita memang memiliki keterbatasan sejauh apa yang bisa dilakukan. Tapi dengan banyaknya (dan beneran banyak banget) hal-hal yang ada saat ini, tantangannya adalah bagaimana memilih dan menjaga pilihannya dengan baik dan benar.
Bagaimana cara yang bisa kita lakukan bersama untuk membantu anak-anak mengatasi tantangan tersebut di atas?
Skala prioritas penting sih untuk diajarkan kepada anak-anak, dan juga sebagai pendidik saya harus bekerja sama dengan orang tua juga. Kadang memang karena banyaknya distraction yang ada di dunia sehari-hari, anak-anak harus jauh lebih aware untuk menjaga fokus dan niat mereka. Tapi juga anak-anak zaman sekarang lebih dewasa dan bisa diajak berdiskusi. I think it’s an important part of their growing up as well, being heard dan diajak berdiskusi. More often than not, anak-anak punya kapasitas untuk mengerti dan berpikir secara kritis, sehingga akhirnya mereka bisa memilih bertanggung jawab atas pilihan-pilihan mereka juga.
Apa pengalaman Kak Edith yang paling berkesan saat berkecimpung di dunia anak-anak, sebagai pendidik, penampil, ataupun peran lainnya?
Yang paling berkesan… Mungkin ketika bikin Online Piano Workshop pada awal-awal pandemi. That was probably my first introduction to teaching across various ages yang beneran dari anak-anak sampai remaja juga. Di saat itu juga saya menyadari bahwa there’s so much potential that these children has, dan bagaimana kita sebagai edukator bisa memberikan bimbingan yang baik dan benar untuk mereka, bukan hanya sekedar sebagai pemusik tapi juga as a human being.
Kak Edith sering tampil dan mengajar di berbagai negara, adakah hal baik di dunia anak di luar sana yang belum ada di Indonesia dan sebaiknya segera kita terapkan juga?
I think it’s nice to support children when they know what they want to do. Mungkin kalau di sini, apalagi kita praktisi seni, masih suka ditanyain nanti besarnya mau kerja apa kalo berkecimpung di dunia seni. Padahal kalau di luar sana banyak sekali anak-anak yang memang sudah mengetahui, what are they passionate about. There’s a difference between working for things that you are passionate about and the things that you just have to do. I hope that more kids can follow their passion, dan walaupun seandainya mereka tidak akhirnya berkarir dalam hal tersebut, mereka tahu apa rasanya berjuang demi sesuatu yang sangat mereka inginkan.
Belakangan ini kita sering mendengar kekerasan pada anak yang semakin merajalela. Menurut Kak Edith, hal sederhana apa yang bisa kita lakukan (sebagai pegiat dunia musik dan pendidikan musik) untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak bertumbuh?
Treat everyone with respect, no matter how young or how inexperienced they are. Menurut saya suasana yang baik, kondusif, dan juga memberikan tempat kepada anak-anak untuk didengar dan berekspresi merupakan salah satu cara kita sebagai pendidik to let them grow and flourish.
Musik tidak hanya selalu terpaku kepada “oh, sudah bisa main lagu apa, sudah tingkat berapa,” tapi juga terhadap perkembangan diri dan kepribadian anak itu sendiri, sebagai sebuah cara mereka berekspresi dan berkomunikasi, dan juga supaya mereka lebih mengenal diri sendiri juga.
Cover album perdana dan kedua Kak Edith, Imagination & Memories, bagus dan imajinatif sekali. Kak Edith juga dikenal sangat ramah dan murah senyum, banyak siswa piano yang senang pada Kak Edith. Kak Edith juga pernah menampilkan Tales of Childhood When Music Meets Storytelling. Kak Edith sepertinya akrab sekali dengan dunia anak-anak. Apa impian Kak Edith untuk anak Indonesia?Hahaha, ini terlalu baik pertanyaannya 🙂 Saya rasa memang ada sesuatu yang spesial dengan dunia musik dan anak-anak, dan kita sebagai pendidik hanya sebatas bisa membimbing mereka saja, dan menunjukkan, mungkin, seberapa besar impact musik terhadap kehidupan kita sehari-hari, dari segi empati, ekspresi, dan juga self-regulation and perseverance. Semoga kedepannya anak-anak Indonesia bisa terus bertumbuh-kembang dengan baik, mengasah kemampuan mereka dari berbagai sisi, dan menjadi pribadi yang kritis, bertanggung jawab, dan juga bisa memberikan dampak baik pada sesama.