Gelak tawa dan haru biru yang dibalut dinginnya malam memenuhi setiap sudut Ruang Hall Lt. 3 Gedung KITA Anak Negeri pada Kamis (23/3) malam. KITAKustik #7 digelar pada malam itu, sejumlah kelompok musik membawakan nomor-nomor andalan mereka. Memainkan melodi-melodi menghanyutkan yang menjadi petualangan psikologis bagi pendengar.
KITAKustik #7 kali ini membawa tema Tembang Lagu Indonesia. Menghadirkan lima kelompok musik. ID Koestik, VQ Music, Dimas Jojo Project, Dyto, dan Mesopetemia tampil berurutan membawakan tembang masing-masing, baik yang milik sendiri maupun cover.
Panggung minimalis dengan lampu hias remang-remang menciptakan suasana kalem. Sangat pas dengan musik-musik akustik mendayu yang dibawakan. Ruangan yang dominan gelap, juga memaksa mata penonton tertuju ke arah panggung. Memberi penghayatan seutuhnya ke penampilan.
Yang didaulat menjadi band pembuka adalah ID Koestik. Band yang jauh-jauh datang dari Serang, Banten ini membawakan dua lagu milik sendiri dan satu lagu cover. Dengan warna musik pop-nya yang easy listening, lirik-lirik yang sederhana dan gamblang, serta penghayatan tingkat tinggi masing-masing personil, sukseslah mereka membuka rangkaian acara KITAKustik malam itu.
Suasana hangat yang sudah berhasil dibangun ID Koestik pun diteruskan oleh VQ Music. Dengan tujuh orang anggota, mereka berhasil menyajikan permainan yang kaya akan rasa. Suara dua unit alat musik flute yang melengking dengan lirih tak gagal sama sekali menyayat hati penonton. Tiga lagu berhasil mereka babat tanpa masalah.
Penonton yang dibuat galau berkat sajian dua band pertama seolah dihibur oleh sepasang MC yang memandu acara, Fitra dan Mega. Dengan banyolan amburadul mereka, gelak tawa penonton menjadi tak terhindarkan. Suasana emosional saat itu pun dapat meregang sedikit.
Dimas Jojo Project pun menaiki panggung. Dipercaya sebagai penampil ketiga, mereka memberikan sajian yang sangat berbeda dari dua band sebelumnya. Satu pria bergitar yang bernama Dimas, satu lagi pria berklarinet bernama Jojo. Formasi unik ini tampil dengan chemistry satu lain yang luar biasa. Empat lagu yang mereka bawakan dengan beragam nuansa musik, sukses mencuri perhatian penonton.
Setelah Dimas Jojo Project menutup penampilan mereka dengan cover jenaka dari lagu Naik-Naik ke Puncak Gunung, Dyto pun naik panggung sebagai penampil keempat. Solois satu-satunya menjadikan sosok Dyto memancarkan kharisma yang khas. Cover Sahabatku Jadi Hantu milik Dialog Dini Hari-nya sukses mengaduk-aduk emosi penonton. Nukie Nugroho yang naik panggung kemudian, juga membantu riuh-rendahnya penampilan Dyto dalam taraf yang menakjubkan.
Band terakhir, datang jauh-jauh dari Bandung, ialah Mesopotemia. Band alternatif dengan gaya timur tengah ini menyajikan permainan yang sangat sendu dan emosional. Aransemen Sebelah Mata, tembang andalan Efek Rumah Kaca, yang mereka bawakan, barangkali adalah salah satu cover terbaik dari lagu ini. Perpaduan gesekan biola, petikan gitar dan bass, serta denting xylophone yang kesemuanya bermaksud melahirkan rasa sendu, mau tak mau membuat penonton merinding. Mereka seratus persen berhasil menutup KITAKustik malam itu dengan emosi yang memuncak-muncak.
KITAKustik #7 berhasil menjadi sebuah pagelaran yang penuh emosi. Menjadi sebab ketidaksabaran untuk menunggu KITAKustik selanjutnya bukan?
Baca Juga
KITA mau meng-update nih tentang kehidupan baru sebuah Waltz yang baru ditemukan oleh Frédéric Chopin, yang baru-baru ini ditemukan dari brankas di Perpustakaan dan Museum Morgan (Morgan Library and Museum)
Yessss, setelah Depok petjahhh oleh Kompetisi Piano Nusantara Plus Oktober lalu, dengan jumlah peserta yang tidak tanggung-tanggung, 65 peserta (baca : https://kitaanaknegeri.com/depok-petjaahhhh/ ), bulan ini kak Ananda Sukarlan akan kembali
sebuah obituari oleh Ananda Sukarlan. Jujur saja, saya tidak begitu mengenal sosok Tatan Daniel. Tapi saya ingin menulis obituari ini karena saya pengagum karya-karya dan juga kepribadiannya sebagai seorang seniman
Hai hai, bagaimana kabarnya para peserta Kompetisi Piano Nusantara Plus? Ternyata banyak yang masih penasaran nih, terutama yang di Depok, Bekasi dan sekitar sini yang belum meraih kejuaraan. Eh, ternyata
Yesss! Depok sukses menyelenggarakan kompetisi musik klasiknya yang pertama dalam sejarah. Sejarah itu telah tertorehkan hari Minggu, 6 Oktober 2024 di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, bersama