Keyboard adalah sebuah alat musik dengan cara memainkan seperti piano. Bedanya, keyboard memanfaatkan energi listrik, sehingga memungkinkan terjadinya rekayasa elektronik. Prinsip ini yang kemudian membuat keyboard bisa menghasilkan suara-suara yang beragam. Lebih luas lagi, keyboard bahkan mampu memproduksi suara lebih dari satu alat musik. Seperti terompet, suling, gitar, dan yang lainnya.
Belakangan, muncul banyak nama solois wanita yang memakai iringan keyboard dalam musik yang mereka mainkan. Nama-nama mereka bukannya tidak asing lagi di telinga kita. Sebut saja Isyana Sarasvati, Frau, Puti Chitara, hingga Christabel Annora. Berbekal konsep musik dan tembang andalan masing-masing, nama-nama mereka sudah jadi menu wajib di playlist kita masing-masing.
Menilik fenomena ini, Siska Purwati yang juga menjabat sebagai Kepala Divisi Kelas Nol Sekolah Musik KITA Anak Negeri memiliki pendapatnya sendiri. Menurutnya, fenomena maraknya solois wanita ber-keyboard justru tidak ditentukan faktor musikal. Melainkan bagaimana pasar menilai diri solois wanita tersebut. “Mungkin wanita punya keindahan visual tersendiri. Sehingga secara media sosial, solois wanita menurut saya lebih cepat naik daun,” jelasnya pada sela-sela kegiatan mengajarnya di Gedung KITA Anak Negeri pada Rabu (22/3) petang.
Menurut Siska, banyaknya solois wanita berpiano bukan disebabkan adanya perkembangan tren. Tetapi lebih kepada sebuah kebetulan karena pada generasi ini terdapat banyak pemusik wanita yang telah mengenyam pendidikan musik, khususnya piano dan keyboard.
Sebagai gambaran, Siska memberi contoh dari kasus Isyana Sarasvati. “Setahu saya, awalnya Isyana belajar alat musik organ electone yang notabene alat musik tersebut punya kelebihan dalam kelengkapan mendidik pemula agar punya dasar musik yang kuat,” ujarnya. Akan tetapi, akibat konsep bermusik yang ia usung, kapasitas bermusiknya ini kurang kelihatan. “Kemahirannya jadi tidak terlihat di lagu-lagunya,” tambahnya.
Meski begitu, terdapat juga alasan-alasan lain mengenai pilihan solois wanita memilih keyboard sebagai pengiring lagu. “Suaranya indah, tidak merusak kuku, dan tidak memerlukan banyak kekuatan fisik,” katanya.
Baca Juga
KITA mau meng-update nih tentang kehidupan baru sebuah Waltz yang baru ditemukan oleh Frédéric Chopin, yang baru-baru ini ditemukan dari brankas di Perpustakaan dan Museum Morgan (Morgan Library and Museum)
Nah, udah denger belum? Pianis kondang sedunia Lang Lang itu baru aja MEMPERDANAKAN (istilah kerennya World Premiere) karya baru dari Frederic Chopin, komponis Polandia yang hidup antara 1810-1849. Semua siswa
Yessss, setelah Depok petjahhh oleh Kompetisi Piano Nusantara Plus Oktober lalu, dengan jumlah peserta yang tidak tanggung-tanggung, 65 peserta (baca : https://kitaanaknegeri.com/depok-petjaahhhh/ ), bulan ini kak Ananda Sukarlan akan kembali
sebuah obituari oleh Ananda Sukarlan. Jujur saja, saya tidak begitu mengenal sosok Tatan Daniel. Tapi saya ingin menulis obituari ini karena saya pengagum karya-karya dan juga kepribadiannya sebagai seorang seniman
Hai hai, bagaimana kabarnya para peserta Kompetisi Piano Nusantara Plus? Ternyata banyak yang masih penasaran nih, terutama yang di Depok, Bekasi dan sekitar sini yang belum meraih kejuaraan. Eh, ternyata