Untuk ke-72 kalinya, bangsa Indonesia kembali merayakan kemerdekaannya kemarin. Sudah lewat sehari gegap gempitanya masih belum mereda juga. Masih ramai di linimasa kita masing-masing mengenai postingan-postingan bernuansa nasionalisme. Baik berupa unggahan foto-foto lomba 17-an, narasi ucapan kemerdekaan, hingga penampakan selfie memakai atribut-atribut ke-Indonesia-an. Pokoknya, semua orang punya hajatan kecilnya masing-masing dalam hajatan besar ini.
Karenanya, pada artikel kali ini kami juga mau membahas sesuatu yang erat kaitannya dengan momen perayaan HUT RI ke-72. Bukan, kami bukan mau membahas soal remah-remah kerupuk yang masih menempel di pipimu bekas lomba makan kerupuk kemarin itu. Dan bukan, kami juga bukan mau membahas telapak tanganmu yang kapalan gara-gara ikutan lomba panjat pinang kemarin. Kami mau membahas seorang pencipta lagu yang karya paling masyhurnya kita nyanyikan pada upacara bendera kemarin. Tepat! Siapa lagi kalau bukan Wage Rudolf Supratman!
Seperti yang sudah kita hapal sejak SD, W.R. Supratman adalah pencipta lagu kebangsaan kita “Indonesia Raya”. Ketika mendengar lagu ini rasanya mustahil buat tidak merinding dan bangga menjadi orang Indonesia. Indonesia Raya memang lagu yang berasa agung, megah, dan memiliki narasi keIndonesiaan yang sangat mengena.
W.R. Supratman lahir pada 9 Maret 1903 di Purworejo, Jawa Tengah. Tanggal lahirnya ini belum tentu seratus persen akurat. Ada juga versi yang menyebutkan tanggal lahir Supratman jatuh pada 19 Maret 1903. Namun, 9 Maret lah tanggal yang lebih sering disebut sebagai tanggal lahir yang benar. Tanggal ini juga seolah diafirmasi oleh pemerintah sebagai tanggal kelahiran Supratman dengan dijadikannya tanggal 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional.
Supratman berkenalan dengan musik pada usia remaja, melalui gitar dan biola. Kemampuannya bermain biola terasah berkat didikan sang kakak ipar, Willem van Eldik. Kemudian, setelah dirinya memiliki kemampuan biola yang mumpuni, ia mulai senang menggubah lagu. Supratman muda pun diajak oleh kakak iparnya tadi membentuk sebuah band jazz bernama Black & White.
Lantas di titik mana Indonesia Raya tercipta? Lagu kebangsaan kita ini digubah setelah Supratman membaca tulisan di surat kabar yang menantang pegiat-pegiat musik di Indonesia buat menciptakan lagu kebangsaan. Supratman yang pada saat itu telah menaruh minat pada pergerakan nasional pun merasa tertantang. Ditulislah Indonesia Raya pada 1924.
Indonesia Raya baru menemukan panggungnya yang sesuai pada Kongres Pemuda II yang diadakan di Jakarta pada 28 Oktober 1928. Saat itu ia membawakan “Indonesia”, yang merupakan versi dini dari Indonesia Raya, secara instrumental dengan biola, sebab khawatir lirik lagunya akan menyinggung pemerintah Hindia Belanda yang mengawal ketat kongres tersebut. Dari sinilah, Indonesia Raya naik popularitasnya, ia selalu dimainkan di tiap kongers partai politik.
Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan begitu negara ini merdeka. Ironisnya, Supratman tidak sempat merasakan kemerdekaan dalam hidupnya. Ia meninggal pada tahun 1938 akibat penyakit yang ia derita sejak lima tahun sebelumnya. Di umurnya pun, semenjak ia menciptakan Indonesia Raya, kehidupannya selalu diawasi pemerintah Hindia Belanda. Bahkan, ia sempat dipenjara akibat menyiarkan lagunya yang berjudul “Matahari Terbit”.
Kamu tahu apa yang lebih ironis lagi? Supratman meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938. Menjadi ironis sebab momen 17 Agustus jarang diasosiasikan dengan tanggal berpulangnya Supratman karena fakta tersebut ‘tertutupi’ gemerlapnya peringatan kemerdekaan. Kemarin karyanya kita nyanyikan, tapi kebanyakan dari kita bahkan tidak tahu bahwa pengarangnya berpulang di hari yang sama. Karena itu, mulai sekarang mungkin kita dapat menambahkan sebuah agenda baru di sela-sela perayaan kemerdekaan kita, yaitu untuk berterima kasih dan mengenang kehidupan seorang pahlawan yang telah menciptakan lagu kebangsaan ini. W.R. Supratman lah namanya!
Sumber referensi & foto : wikipedia.org ranggayudhika.wordpress.com