Musik memiliki begitu banyak aliran musik di dalamnya. Aliran musik sangat beragam, dan mempunyai ciri khasnya masing-masing. Seperti Folk yang memiliki ciri lagu yang dapat dinikmati saat santai dan memiliki unsur alat akustik di dalamnya seperti gitar dan sebagainya. Di Indonesia terdapat salah satu aliran musik yang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia yaitu dangdut. Musik dangdut seperti sudah mendarah daging di Indonesia, siapa yang tak pernah mendengar musik dangdut. Walaupun kalian membuat pernyataan tidak pernah mendengarkan dangdut pasti secara tak sadar kalian pernah mendengarnya. Entah dari televisi, radio, pesta rakyat dan lain-lain tanpa sengaja. Tapi, tahukah kalian sejarah musik dangdut itu sendiri di Indonesia? Kalau tidak yuk kita ulas bersama sejarah musik dangdut.
Dangdut merupakan salah satu genre musik tradisional populer dari Indonesia yang berakar pada musik-musik Malay, Hindustani, dan Arab. Unsur Arab pada genre musik ini muncul dari pedagang-pedagang yang berasal dari Gujarat seiring dengan penyebaran agama Islam oleh mereka. Mereka membawa pengaruh Qasidah dari para saudagar Arab. Qasidah yang awalnya diperkenalkan oleh saudagar Arab kembali diperkuat dengan munculnya saudagar dari Gujarat pada tahun 900 hingga tahun 1200 dan disusul oleh saudagar dari Persia pada tahun 1300 hingga tahun 1600. Terlebih lagi aliran dangdut sangat terpengaruh oleh musik-musik khas India.
Musik dangdut terus berkembang di Indonesia, sampai pada akhirnya masuk alat musik Gambus. Alat musik ini memiliki suara seperti gitar namun memiliki suara yang rendah. Hingga sampai akhirnya terus berkembang dan menjadi populer di sekitar abad 20. Syech Albar yang merupakan ayah dari musisi Ahmad Albar memutuskan untuk membuat sebuah orkes gambus yang bermarkas di Surabaya. Kesuksesan orkes gambus milik Syech Albar ini membawanya melakukan rekaman dengan media piringan hitam yang terjual sangat cepat di Singapura dan Malaysia pada tahun 1930.
Setelah itu unsur-unsur melayu sangat kental merasuk ke dalam tubuh dangdut. Tabuhan gendang yang sangat khas didapat dari ciri khas Arab, ditambah cengkok penyanyi khas Melayu. Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India), Husein Bawafie sang pencipta Boneka dari India, Munif Bahaswan, serta M. Mashabi (pencipta skor film “Ratapan Anak Tiri” yang sangat populer di tahun 1970-an).
Rhoma Irama mulai menunjukkan kemampuannya di dunia dangdut. Aliran dangdut pertama kali dikenal dari kombinasi aliran musik melayu, rock, pop, dan percampuran irama-irama lain itu merupakan pekerjaannya. Semenjak masa itu, istilah dangdut semakin populer di Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakan Rhoma Irama tidak sekedar menampilkan keindahan. Lirik-lirik yang bermakna dakwah merupakan isi lagu-lagunya. Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.
Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi “dangdut humor” yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Sub genre ini diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).
Pada tahun 2000, muncul lagi variasi baru yang mewarnai sejarah musik dangdut yaitu dangdut koplo. Baru setelah tahun 2002 variasi ini mulai menggoyang kancah dunia perdangdutan dengan kesuksesannya yang diprakarsai oleh vcd bajakan yang luar biasa murah. Murahnya vcd bajakan dangdut koplo ini menjadi alternatif hiburan bagi masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah jika dibandingkan dengan mahalnya harga vcd/dvd original milik artis-artis nasional. Hal lain yang membuat dangdut koplo ini terkenal adalah fenomena Inul Daratista dengan “goyang ngebor” nya terlebih setelah ia mulai muncul di layar kaca Indonesia. Dengan setiap hal baru, tentu saja muncul pro kontra dimana kali ini kontra muncul dari Rhoma Irama yang menentang Inul dan goyang ngebornya karena ia berpendapat bisa terjadi dekadensi moral. Terlepas dari seluruh kontroversinya, dangdut koplo sebagai variasi tetap bisa hidup hingga saat ini.
Sumber referensi : portalsejarah.com, cerita-indonesian.blogspot.co.id
Baca Juga
Istilah Post Rock pertama kali diperkenalkan oleh wartawan musik asal Inggris yang bernama Simon Reynolds. Mengapa dinamakan Post Rock?