Musik Indie merupakan musik yang dirilis melalui jalur independen. Musik yang dihasilkan dalam skena indie merupakan bentuk kreatifitas apa adanya dari seorang musisi. Kemajuan teknologi dan menguatnya penggunaan media sosial dalam kehidupan manusia menjadi faktor signifikan atas berkembangnya skena ini.
Menurut Nukie Nugroho, seorang pegiat musik indie yang telah memiliki banyak proyek dalam industri ini, ada tiga komponen dalam sebuah skena musik. Pertama, talent atau musisi yang memiliki musik untuk dipasarkan. Yang kedua adalah fasilitas, baik berupa label, gigs, hingga kanal distribusi digital seperti media sosial, YouTube, soundcloud, dll. Ketiga, penikmat musik yang akan mengkonsumsi karya itu sendiri.
Pria yang biasa disapa Nukie ini berkomentar bahwa yang fasilitas berupa gigs-gigs di Indonesia yang dikhususkan bagi musisi indie masih sangat sedikit. “Bisa diitung jari lah,” ujarnya.
Dari jumlah yang sedikit itupun, pihak penyelenggara cenderung mementingkan keuntungan. Maraknya sistem manggung open regist misalnya, dimana pemusik yang ingin tampil dipungut biaya naik panggung merupakan salah satu bentuk penindasan penyelenggara terhadap pemusik. “Orang disuruh latihan band segala macem, tapi pas disuruh main disuruh bayar juga,” tambahnya.
Salah satu tantangan terbesar bagi pemusik indie Indonesia adalah regenerasi. Pemusik yang telah mencapai kesuksesan pada skena ini, harus memiliki kesadaran untuk menekan egonya mendominasi pasar. Pemusik sebaiknya paham dimana ‘titik rehat’ bagi mereka untuk membiarkan terjadinya regenerasi di pasar dengan hadirnya pemusik-pemusik baru. “Ngasih ruang buat yang muda-muda masuk,” terang Nukie.
Nukie yakin bahwa akan ada masanya dimana musik indie akan lebih mendapat apresiasi. Akan tiba momentum dimana musik indie akan mendapatkan tempat yang lebih layak di telinga pendengar. “Ibaratnya, yang ditanemin di hati anak-anak tuh, roda selalu berputar gitu,” pungkasnya pada Sabtu (18/3) sore.
Baca Juga
KITA mau meng-update nih tentang kehidupan baru sebuah Waltz yang baru ditemukan oleh Frédéric Chopin, yang baru-baru ini ditemukan dari brankas di Perpustakaan dan Museum Morgan (Morgan Library and Museum)
Nah, udah denger belum? Pianis kondang sedunia Lang Lang itu baru aja MEMPERDANAKAN (istilah kerennya World Premiere) karya baru dari Frederic Chopin, komponis Polandia yang hidup antara 1810-1849. Semua siswa
Yessss, setelah Depok petjahhh oleh Kompetisi Piano Nusantara Plus Oktober lalu, dengan jumlah peserta yang tidak tanggung-tanggung, 65 peserta (baca : https://kitaanaknegeri.com/depok-petjaahhhh/ ), bulan ini kak Ananda Sukarlan akan kembali
sebuah obituari oleh Ananda Sukarlan. Jujur saja, saya tidak begitu mengenal sosok Tatan Daniel. Tapi saya ingin menulis obituari ini karena saya pengagum karya-karya dan juga kepribadiannya sebagai seorang seniman
Hai hai, bagaimana kabarnya para peserta Kompetisi Piano Nusantara Plus? Ternyata banyak yang masih penasaran nih, terutama yang di Depok, Bekasi dan sekitar sini yang belum meraih kejuaraan. Eh, ternyata