Minggu, 15 Mei 2016 ¬ KITA Anak Negeri membuka kelas komunitas Piano Klasikita yang diadakan di lantai 1, dan kelas komunitas ini diampu oleh head division Piano Klasik di KITA Anak Negeri yaitu Ananda Sukarlan. Sekitar pukul 11 siang, tempat berlangsungnya acara sudah mulai dibenahi dan di setting untuk kelas komunitas ini, dan acara akan mulai sekitar pukul 3 sore.
Pada akhirnya acara dimulai sekitar pukul 3.30 WIB sore, dan acara dimoderatori oleh Karina Andjani yang mana ia sebagai instruktur piano klasik di KITA Anak Negeri. Acara ini dimulai dengan obrolan santai oleh Ananda Sukarlan. Dengan persuasifnya ia mengajak duduk santai kepada para pengunjung di depan panggung. Ananda Sukarlan menjelaskan bahwa musik klasik itu terus berlanjut, tetapi masih banyak orang berpikir bahwa musik klasik selalu merujuk kepada Mozart atau mungkin Bach, dan musik klasik bukan pula musik yang masih kuno. Musik klasik sifatnya dinamis, dan terus mengalami perkembangan. Ananda Sukarlan berharap bahwa musik klasik harus terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi agar orang-orang tahu bagaimana bunyi beberapa jenis musik.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab dengan pertanyaan tips and trick dalam latihan di piano klasik. “Soal durasi dalam latihan tidak ada obligasi, yang penting dalam latihan adalah teratur dan regular sifatnya, jangan sehari latihan dan sehari ngga latihan” jawab Ananda Sukarlan. Hal yang kedua adalah fokus. Menurut Ananda Sukarlan, karena otak butuh waktu untuk kembali fokus dalam beberapa menit. Jadi ketika sedang latihan, tinggalkan dulu kegiatan lain ataupun alat elektronik lainnya agar fokus dalam latihan. Dan itu merupakan dua hal penting yang Ananda Sukarlan jabarkan soal latihan piano.
Pertanyaan selanjutnya dilemparkan oleh salah satu audience dengan pertanyaan “mengapa semua harus belajar musik klasik terlebih dahulu?”. Musik klasik dapat dikatakan musik yang tingkat komplesitasnya lebih tinggi dibandingkan musik pop, maka dari itu musik klasik merupakan sarana untuk belajar musik dari tingkat dasar dan juga dapat melatih teknik dalam bermain musik, jelas Ananda Sukarlan.
“Indonesia memiliki aset musik klasik yang sangat berharga yaitu lagu daerah”
Ananda Sukarlan
Selanjutnya Ananda Sukarlan berbicara soal kompetisi piano di Indonesia. Ia sangat menyayangkan bahwa banyak kompetisi yang diselenggarakan merupakan kompetisi abal, jadi banyak kompetisi yang dianggap kurang objektif dalam penilaiaan di dalamnya. Ananda Sukarlan mengatakan bahwa sebuah kompetisi piano haruslah bersifat transparan, dan juri harus berani menunjukkan kolom penilaiannya di hadapan para peserta kompetisi.
Interpretasi musik klasik dalam membaca partitur menjadi pertanyaan berikutnya yang dilemparkan oleh Lita (instruktur piano klasik KITA Anak Negeri). Sebenarnya para komposer seperti Bach yang hidup di zaman barok mebuat partitur itu untuk alat musik hapscichord yang belum diketahui emosi dalam permainan musik di partitur tersebut. Dan hal ini memang selalu menjadi problema dari para pengajar musik klasik, jelas Ananda Sukarlan.
Dalam proses pelatihan musik klasik kadang terasa menjenuhkan jadi pesan dari Ananda Sukarlan bahwa harus tetap kreatif dalam mengajarkan musik klasik seperti improvisasi polyphonic. Dan Ananda Sukarlan memberikan contoh dengan memainkan Manuk Dadali dan ringtone produk telekomunikasi Nokia, dan ringtone tersebut merupakan sebuah karya dari komposer besar asal Spanyol, Fernando Sor.
Pertanyaan terakhir akhirnya terlempar dari peserta dengan pertanyaan “Sebenarnya bisa tidak kita membuat musik klasik sendiri?” dan Ananda Sukarlan akhirnya memberikan contoh dengan memainkan Ampar-Ampar Pisang dengan gaya permainan Mozart, dan lagu-lagu daerah tersebut dikomposisikan dalam bentuk Rapsodi. Ananda Sukarlan mengatakan bahwa Indonesia itu memiliki banyak sekali aset musik klasik nusantara yaitu lagu-lagu daerah.
Info untuk mendaftar.