Presiden RI ke-tiga, B.J.Habibie sudah lama mengagumi kejeniusan Ananda Sukarlan, komponis Indonesia yang sudah diakui dunia. Karya-karyanya untuk piano, Rapsodia Nusantara yang kini berjumlah 20 nomor, juga telah menjadi favorit sang mantan presiden dan sesuai juga dengan visinya untuk membawa seni dan budaya beridentitas Indonesia dalam segala ranah, termasuk musik klasik.
Untuk mengenang, pada ulang tahunnya yang ke 80 Habibie ingin memberi hadiah spesial tanda cinta abadinya kepada almarhum istrinya Hasri Ainun. Hadiah ini harus mencerminkan cintanya kepada dua ibu: Ibu Ainun dan Ibu Pertiwi. Itu yang disampaikan kepada Ananda Sukarlan saat ia diminta untuk membuat karya monumen cinta ini. Dan terciptalah “An Ode to the Nation“, sebuah karya megah orkes dan paduan suara anak-anak dengan tenor solo. Penyanyi tenor itu dipercayakan kepada , Widhawan Aryo Pradhita yang mana ia adalah pemenang Kompetisi Vokal Nasional “Tembang Puitik Ananda Sukarlan”. Karya ini diperdanakan untuk kalangan eksklusif undangan di kediaman Habibie, di perpustakaannya yang dihadiri oleh keluarga serta para duta besar negara sahabat, tepat di hari ulangtahun Ainun pada 11 Agustus lalu.
Pagi harinya, Habibie telah mengundang Ananda Sukarlan bersama bintang film yang telah dengan sangat baik memerankan dirinya, Reza Rahadian, untuk membuka Habibie Festival di Museum Nasional. Reza membacakan puisi yang menjadi dasar dari “An Ode to the Nation”, dan diiringi oleh dentingan piano Ananda. Sudah beberapa tahun, Habibie mempercayakan Ananda untuk menemukan musikus muda di negeri ini. Untuk itu Ananda membawa para pemenang dari kompetisi pianonya. Tahun ini Ananda Sukarlan Award kategori Junior telah dimenangkan oleh 2 juara pertama, yang kebetulan keduanya dari Surabaya. Ayunia Indri Saputro (17) yang September ini melanjutkan kuliah musiknya di University of British Columbia, Vancouver memainkan Rapsodia Nusantara no. 6 dan Gabriella Prisca Handoko (14 tahun) memainkan no. 14. Keduanya kemudian bergabung memainkan karya Ananda untuk 4 tangan “And The Twain Shall Meet” yang dipesan oleh walikota Berlin, Klaus Wowereit tahun 2013. Karya ini menggabungkan elemen musik Barat dan Timur dengan cerdik dan lincah.
Puncak acara adalah dengan dibawakannya karya baru Ananda, “An Ode to the Nation” yang berdurasi 25 menit. Karya ini menggunakan elemen dari musik daerah Riau (Soleram) dan teks dari Habibie sendiri, “Manunggal” (doanya setelah wafatnya Ainun) dan “Padamu Ibu Pertiwi”. Habibie terlihat sangat tersentuh dan memberi sambutan setelah acara berakhir. Di sambutan itu, ia menginginkan Ananda untuk membuat opera tentang kisah cintanya dengan Ainun, dengan tradisi opera seperti Puccini atau Verdi tapi dengan sentuhan kental Indonesia. “Kita harus ketemuan dan berbicara mendalam soal ini”, katanya berapi-api di mikrofon ke Ananda, dan Ananda menyambut baik panggilan ini.
Habibie di pidato akhir acaranya juga memuji pemahaman, interpretasi dan kualitas artistik tenor Widhawan Aryo Pradhita dalam menyanyikan teksnya yang telah dibuat melodi simfonik yang sangat indah dan mengesankan oleh Ananda. Ia juga memuji para pianis muda Ayunia Indri Saputro dan Gabriella Prisca Handoko. Hari berikutnya, Jumat 12 Agustus, konser ini diulang di Goethe Haus yang dipenuhi penonton umum yang sangat antusias. Beberapa tokoh penting ikut menyaksikan konser berkesan ini, seperti Chelsea Islan serta Pia Alisjahbana. Konser ini adalah hasil kerjasama Yayasan Habibie & Ainun dan Ananda Sukarlan Center.
Baca Juga
Sebuah nama memiliki makna dan arti tersendiri. Begitu juga halnya dengan nama band. Bagi sebuah band, nama akan menjadi identitas yang melekat dan dikenal oleh banyak orang.