Sobat KlasiKITA, komposer asal Amerika Nancy Van de Vate, yang menjadi warga negara Austria, pendiri League of Women Composers, meninggal tanggal 29 Juli lalu pada usia 92 tahun di Wina, kota tempat dia tinggal sejak 1985. Banyak komposisi Van de Vate terus membahana di seluruh dunia. Ia paling dikenal dari karyanya untuk orkestra besar, juga beberapa opera. Tapi ia juga menulis banyak karya untuk instrumen solo termasuk piano, loh! Selain itu, Van de Vate juga pernah menulis 2 karya spesial untuk Ketua Divisi Piano Klasik KITA Anak Negeri, Ananda Sukarlan. Itu sebabnya kita semua berduka cita dan ikut kehilangan atas wafatnya seniman besar ini.
Ibu Nancy (Kak Ananda memang selalu memanggilnya dengan ‘Ibu Nancy’ karena ternyata sang komponis wanita ini pernah tinggal di Indonesia tahun 1980-an dan bisa sedikit bahasa Indonesia hingga beliau jatuh cinta dengan musik gamelan dan juga segala hal tentang Indonesia) memang seorang komponis yang sangat sensitif dengan situasi dan keadaan dunia nyata, dan beliaulah yang pertama kali mengangkat marwah dan martabat komponis perempuan menjadi sejajar dengan komponis pria. Pada tahun 1975, Nancy Van de Vate mendirikan League of Women Composers, di mana dia menjadi presidennya hingga tahun 1982 dan kemudian berganti nama menjadi International League of Women Composers, organisasi tersebut sekarang menjadi bagian dari International Alliance of Women in Music.
Berbagai karya orkestranya termasuk “Chernobyl”, yang diciptakan sebagai reaksi spontan terhadap kecelakaan nuklir terburuk dalam sejarah, yang terjadi pada tahun 1986 di pabrik atom di Uni Soviet saat itu, dan yang sekarang berada di Ukraina. Karya tersebut telah dikumandangkan di berbagai negara dan direkam dalam compact disc pada tahun 1987. Musik yang berkarakter sangat kuat ini memang membuat kita merinding membayangkan keadaan yang menyeramkan setelah ribuan orang terbunuh karena radiasi nuklir tersebut.
“All Quiet at the Western Front”, berdasarkan novel homonim oleh penulis Erich Maria Remarque, adalah salah satu opera paling terkenalnya, ditayangkan perdana pada tahun 2003 di Osnabrück (Jerman). Operanya yang lain adalah “Hamlet” dan “Where The Cross Is Made”, berdasarkan drama homonim masing-masing oleh William Shakespeare dan Eugene O’Neill.
Lahir pada tahun 1930 di Plainfield (New Jersey, AS), Van de Vate mulai bermain piano pada usia 3 tahun, dan memulai bermain biola beberapa tahun kemudian. Pada tahun 1958 Ibu Nancy melakukan penampilan profesional perdananya. Setelah mempelajari komposisi, teori musik, dan musik elektronik di Amerika Serikat, ia mengajar di berbagai universitas internasional. Pada tahun 1990, dia mendirikan label rekamannya sendiri, “Vienna Modern Masters”, yang dengannya dia melanjutkan advokasinya yang gigih untuk para komposer wanita dengan merekam karya mereka.
Sobat KlasiKITA, Ibu Nancy bertemu pertama kali dengan Kak Ananda saat beliau menonton penampilan Kak Ananda di Vienna Konzerthaus tahun 1994, dan setelah mengobrol lama, Ibu Nancy menyatakan ingin menulis karya untuk Kak Ananda, sehingga terciptalah “Fantasy Pieces”. Sedangkan “Balinese Diptych” tercipta setelah kejadian bom Bali 2002, dimana Ibu Nancy sangat berduka mengingat beliau pernah mengunjungi Bali dan terkesan dengan segala keindahan alam dan budayanya. Beliau bahkan pernah menciptakan karya orkes berjudul “Pura Besakih” yang kedengarannya secara umum lebih menggambarkan kerinduannya terhadap pulau Bali karena nada-nada sedihnya selain karakter megah Pura Besakih itu sendiri.
Fantasy Pieces for piano diperdanakan Kak Ananda pada 5 Maret 1996 di Utrecht (Belanda) dan Balinese Diptych diperdanakan pada 9 September 2003 di Oslo, Norwegia. Sejak itu, Kak Ananda telah memainkan dua karya tersebut di berbagai belahan dunia. Mau denger Kak Ananda memainkan Balinese Diptych? Coba klik link ini deh: https://www.youtube.com/watch?v=oH7L3Te2Szs
Kalau “Fantasy Pieces” memang diciptakan dan didedikasikan untuk Kak Ananda, “Balinese Diptych” memang ditulis untuk Kak Ananda tapi didedikasikan “to the memory of the victims of the Bali bombing 2002”, dan karya ini memang menggunakan nada-nada pentatonik gamelan Bali.
Ibu Nancy, komposer wanita asal Amerika yang gemar berjalan kaki dan selalu ramah kepada semua orang, menunjukkan apresiasi tinggi pada musik dan musikus Indonesia. Kita semua, sebagai anak bangsa Indonesia, harus lebih menghargai budaya kita sendiri. Terima kasih untuk semua cinta dan karya indahmu. Selamat jalan, Ibu Nancy.