Sabtu, 9 April 2016 – Ananda Sukarlan membuka suara untuk menjelaskan Road to Opera Tumirah, dengan mengadaptasi naskah karya Seno Gumira Ajidarma. Naskah Tumirah oleh Seno Gumira Ajidarma yang akhirnya dibukukan pada tahun 1990-an membuat Ananda Sukarlan ingin membuat karya ini dalam bentuk opera untuk sekian kalinya. Dalam opera kali ini, Ananda Sukarlan menampilakan klise dari beberapa bagian cerita dalam Tumirah. Pertunjukkan ini diselenggarakan di Erasmus Huis yang juga selaku co-promotor, dan juga Melanie Soebono selaku produser.
Isu yang sedang marak di Indonesia yaitu persoalan perdagangan manusia dan juga LGBT membuat Ananda Sukarlan dan Melanie Soebono tergerak untuk membuat suatu pertunjukan yang bersinggungan dengan isu tersebut. Mereka menginginkan sebuah pertunjukan yang memiliki pesan moral yang diberikan dalam opera Tumirah tersebut. Sedikit penjelasan soal naskah Tumirah, ia ( re: Tumirah) merupakan seorang mucikari yang menjual beberapa pelacur, dan sampai akhirnya para pelacur Tumirah tersebut diperkosa oleh para ninja. Dalam kasus tersebut, beberapa pihak yang bersangkutan seperti polisi dan para intel ikut turun tangan. Tetapi motivasi para polisi tersebut bukan membantu untuk mengurai masalah, melainkan ingin mendapatkan jasa pelacur secara gratis. Bahkan intel tersebut juga menginginkan jasa tersebut tetapi bukan karena para pelacurnya, melainkan intel tersebut adalah seorang homoseksual.
Pada saat ini, angka perdagangan manusia mencapai 750 ribu jiwa manusia di Indonesia yang diperdagangkan, dan angka itu merupakan sebuah kenaikkan sekitar 300% dari tahun 2014. Karena bersinggungan dengan hal kemanusiaan, Ananda Sukarlan dan Melanie Soebono selaku produser ingin mengangkat persoalan perdagangan manusia lewat kisah Tumirah karya Seno Gumira Ajidarma yang meceritakan soal salah satu profesi tertua di dunia yaitu mucikari. “ Ini adalah sebuah produksi yang berani. Faktanya adalah, mau dibilang ini sebagai penyakit, mau dibilang itu mata pencaharian, faktanya profesi itu ada, sudah lama ada, dan selalu ada. Faktanya scene seperti itu ada, dan bukan cuma di Indonesia” jelas Melanie Soebono (9/04/2016)
Baca Juga
hai guys, Di bulan Desember 2015, KITA Anak Negeri berkesempatan menjadi salah satu sponsorship di acara Mr. V Custom Drum Conpetition Nasional.
Kali ini, KITA Anak Negeri mendapat tamu dari komunitas Violin Nusantara.
Kunjungan kali ini, KITA berada di kota pahlawan, yaitu Surabaya. Kota yang dikenal juga sebagai salah satu barometer musik klasik di Indonesia. Kota Surabaya seharusnya bangga karena memiliki suatu organisasi