Layung Temaram adalah kesatuan musik dari empat orang arek Suroboyo. Beranggotakan Ega pada vokal dan gitar, Galang pada vokal dan synth, Danu pada backing vokal dan gitar, serta Fazar pada drum/cajon.
Memiliki karakter musik pop-folk, band ini mengaku tidak membatasi kepada satu genre musik. Mereka mendefinisikan musik mereka cukup sebagai musik yang suka mereka mainkan.
Lagu-lagu Layung Temaram menggunakan dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Lirik yang kuat dan puitis tak berlebihan jadi karakter Layung Temaram yang khas. Cara mereka berbicara mengenai berbagai hal dibungkus dengan diksi yang mengena dan pas, tidak banyak bermetafora, sehingga pesan dari lagu bisa langsung dipahami.
Dari segi musik, kombinasi permainan gitar dari dua gitaris mereka, Ega dan Diptya, saling melengkapi sesuai kebutuhan lagu. Permainan drum yang minimalis dari Fazar juga memberikan alur yang enak di lagu-lagu mereka. Yang unik adalah peran Galang di band ini. Selain bernyanyi, Galang memainkan synth dan xylophone. Dengan synth-nya, Galang menciptakan atmosfer yang menguatkan karakter lagu. Bunyian xylophone yang menonjol juga berhasil ia sisipkan ke lagu dengan baik. Tidak terkesan berlebihan dan tumpang tindih.
Album debut mereka tinggal menunggu waktu buat rilis, rencananya tahun ini. Tujuh nomor sudah mereka rampungkan, siap buat menjajal pasar. Salah satu track andalan albumnya, Pulang Rumah juga dibawakan pada sesi Ruang Singgah ini. Mari menonton!
Baca Juga
ditulis oleh Yohanes Sebastian Anugerah Sobat KlasiKITA, belakangan ini kita semua makin akrab dengan istilah brain rot. Kata ini menjadi Oxford Word of the Year tahun 2024. Brain rot, (atau
by Ananda Sukarlan Kompetisi Piano Nusantara Plus 2024 usai sudah, dan buat saya, semua peserta adalah pemenang. Paling tidak memenangkan keraguan dalam diri sendiri untuk berkompetisi, berusaha menampilkan yang terbaik.
Halo, Sobat KlasiKITA, usai sudah tujuh bulan Kompetisi Piano Nusantara Plus yang dihelat di delapan kota di Indonesia, baik di pulau Jawa dan Sumatera. KITA Anak Negeri juga berkesempatan menjadi
Teman-teman KITA, sebuah sumbangan ilmu yang sangat besar dan bermakna bagi dunia musik klasik Indonesia telah tiba, dan bukan dari seorang tokoh musik klasik. Sebuah esai tentang Tembang Puitik telah
KITA mau meng-update nih tentang kehidupan baru sebuah Waltz yang baru ditemukan oleh Frédéric Chopin, yang baru-baru ini ditemukan dari brankas di Perpustakaan dan Museum Morgan (Morgan Library and Museum)