oleh Ananda Sukarlan, kepala divisi piano klasik KITA Anak Negeri
Sobat KlasiKITA, dunia musik klasik Indonesia sedang berduka. Seorang penyanyi tenor dan dirigen paduan suara yang masih berusia 41 tahun, Adi Nugroho atau panggilan akrabnya “Didut” (1982-2023) telah meninggal mendadak, saat sedang istirahat dalam konsernya memimpin Paduan Suara Mahasiswa Universitas Tarumanagara di Jakarta. Didut adalah pemenang pertama kategori male voice (suara laki-laki) di Ananda Sukarlan Vocal Award (dulu masih namanya Tembang Puitik Ananda Sukarlan atau TPAS) edisi paling pertama, tahun 2011 yang diselenggarakan oleh Amadeus Performing Arts dan dicetuskan oleh pendiri Amadeus, Patrisna May Widuri di Surabaya.
Didut mendalami musik vokal dan paduan suara sejak bergabung dengan Paduan Suara Universitas Katolik Parahyangan semasa kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Ia memperoleh bimbingan vokal dan paduan suara dari para vokalis dan guru-guru di Indonesia yaitu Ivan Yohan, Dorcas Soenaryo, Joseph Kristanto Pantioso, Avip Priatna, dan Profesor Rob Vermeulen di Utrecht, Belanda.
Ini dia pada saat Tembang Puitik 2011 di Surabaya … dan anehnya, di sini ia memilih semua lagu saya yang bertema “sakit” yang sangat menyayat hati dari puisi Sapardi Djoko Damono. Apa ini sebuah firasat bahwa umurnya tidak akan panjang? Video ini menjadi kenangan abadi dan sekarang nilai historisnya tinggi, karena Didut di usianya yang pendek adalah tokoh penting dunia vokal Indonesia … nanti kujelaskan setelah video ini deh. Anyway, sebetulnya waktu meninggal, Didut tidak dikabarkan sedang sakit. Tapi memang ya …. zaman setelah pandemi ini banyak orang yang tiba-tiba meninggal tanpa sebab yang jelas.
Setelah memenangkan TPAS tahun 2011 karir Didut menanjak sebagai vokalis. Perannya sebagai “Alung” di opera komedi “Mendadak Kaya” yang saya buat berdasarkan cerpen “Kaya” dari Putu Wijaya banyak dikenang karena karakternya yang pas. Alung adalah seorang Cina, gendut dan miskin yang mendatangi seorang dukun (diperankan Pharel Silaban, juga pemenang Tembang Puitik Ananda Sukarlan) di pertunjukan perdananya) untuk minta pesugihan. Bakat komedi Didut sangat tereksploitasi di sini. Selain itu ia juga mengadakan berbagai resital di beberapa kota, baik dengan saya maupun dengan pianis lain.
Karirnya sebagai vokalis, walaupun cemerlang tapi tidak begitu lama, karena ia lebih menekuni bidang conducting yang ia juga lakukan dengan cemerlang, terutama karena pengetahuan dan teknik vokalnya yang mumpuni. Ia kemudian menjabat sebagai direktur musik Paduan Suara Mahasiswa ITB Bandung (PSM-ITB) dan kemudian Paduan Suara Universitas Tarumanagara Jakarta (PSUT) sampai sekarang. Di bawah arahannya, kedua paduan suara ini telah meraih berbagai gelar dan penghargaan di kompetisi nasional dan internasional. Diantaranya adalah Bratislava Cantat 1 2014 di Bratislava, Slovakia, Florence International Choir Festival ke-5 2016 di Florence, Italia, Isola Del Sole International Choir Competition and Festival ke-8 2016 di Grado, Italia, Concorso Internazionale Di Canto Corale “SEGHIZZI ke-57 ” di Gorizia, Italia pada tahun 2018, dan Festival Paduan Suara Satya Dharma Gita pada tahun 2017 dan 2019. Sejak tahun 2018, ia dipercaya menjadi konduktor Shantell Vocal Ensemble Jakarta, sebuah paduan suara wanita yang bergerak dalam penyelenggaraan konser serta mendulang prestasi internasional. Bersama The Singers Chamber Choir, ia mengikuti 50th Seghizzi International Choral Singing Competition di I Gorizia Italy pada tahun 2011 dan meraih juara 3 untuk kategori Monographic Program 1900 – present. Pada kesempatan ini, ia juga dianugerahi penghargaan New Talent dan Most Promising Conductor.
Teruslah bernyanyi bersama para malaikat di surga, Adi “Didut” Nugroho. Atau mungkin kamu malah bikin paduan suara di sana? Kita akan selalu mengenangmu dan jasa-jasamu tidak akan terlupakan. Requiescat in Pace, Requiem Aeternam.