Kurang lebih, di dunia ini cuma ada tiga benda yang kamu ijinkan masuk ke lubang telingamu; jarimu sendiri, cotton bud, dan earphone. Kalau dua benda pertama berguna untuk membersihkan rongga telingamu dari kotoran, earphone berguna untuk ‘mengotori’-nya kembali dengan ‘debu-debu’ dan ‘kotoran’ berwujud nada dari musik favoritmu yang biasa kamu dengarkan.
Earphone sendiri sebenarnya adalah salah satu jenis headphone. Yaitu sebuah perangkat audio berukuran mini yang dimasukkan kedalam lubang telinga. Berbeda dengan headset yang meski memiliki kualitas suara yang lebih namun berukuran besar. Earphone memiliki daya mobilisasi yang tinggi, mudah dipakai-copot, penyimpanannya juga tidak rumit, cukup modal saku celana, baju, atau jaket.
Perangkat yang biasa kamu pakai saat ini adalah generasi kesekian dari earphone. Perkembangan awal alat ini diawali sejak tahun 1890-an di Eropa. Dengan nama electrophone, di Inggris alat ini dimanfaatkan sebagai saluran penghubung antara pelanggan layanan dengan gedung teater London untuk menyimak siaran audio langsung dari pementasan yang dilakukan di sana. Sedangkan di Perancis, insinyur visionaris bernama Ernest Mercadier menciptakan headphone in-ear pertama pada 1891, yang kemudian menjadi cikal bakal dari earphone modern.
Keterbatasan electrophone kemudian dientas oleh Nathaniel Baldwin, pria Amerika Serikat yang menciptakan set headphone pertama yang ia rancang di meja makan dapur rumahnya di Utah pada 1910. Perangkat ini kemudian ia jual ke Angkatan Laut Amerika Serikat, tanpa kepikiran untuk ia patenkan sendiri. Meski begitu, lewat terobosan ini perkembangan headphone sebagai sebuah komoditi pun makin berkembang sampai beberapa dekade selanjutnya.
Pada 1958, John C. Koss, pemilik perusahaan headphone kenamaan, Koss, melakukan terobosan dengan merilis headphone stereo pertama di dunia. Berkat terobosan ini, kesadaran brand terhadap Koss pun melambung. Hingga hari ini, Koss adalah salah satu perusahaan headphone terbesar, yang memiliki dominasi lumayan di industri headphone dunia.
Berikutnya, muncul nama-nama besar seperti Sennheiser, Philips, sampai Onkyo. Dengan terobosan masing-masing, mereka mampu bersaing melawan dominasi Koss. Kebetulan, periode ini adalah masa-masa dimana musik Rock n’ Roll banyak digandrungi orang-orang. Berkat Elvis Presley, The Beatles, dan pengusung Rock n’ Roll lainnya, penjualan headphone dari perusahaan-perusahaan ini kian meledak, bahkan boleh dibilang ikutan menjadi tren yang mengiringi budaya Rock n’ Roll itu sendiri.
Terobosan belum berhenti sampai di situ, penggunaan headphone yang sebelumnya hanya bisa digunakan dengan berdiam diri di rumah, kemudian bisa dipakai saat kita beraktifitas di luar rumah. Semua berkat munculnya pemutar musik super-portable, Walkman oleh raksasa elektronik asal Jepang, Sony.
Makin kesini, perkembangan headphone dan earphone semakin canggih. Unsur estetika dan fashion turut diperhitungkan, tidak lagi melulu soal kualitas suara. Efisiensi juga makin dikukuhkan lewat teknologi wireless yang memudahkan pengguna. Kira-kira, kedepannya terobosan apa lagi ya yang akan muncul?
Sumber referensi : stuff.tv dan coolmaterial.com
Baca Juga
Istilah Post Rock pertama kali diperkenalkan oleh wartawan musik asal Inggris yang bernama Simon Reynolds. Mengapa dinamakan Post Rock?