Sobat KlasiKITA, tahun 2024 ini bakal exciting banget, terutama untuk warga Depok! Sedikit bocoran, KITA Anak Negeri bakal jadi tuan rumah dari kompetisi musik klasik (bukan cuma piano, tapi juga semua instrumen dan vokal) yang udah sangat nge-hitz di seantero Nusantara sampai pandemi melanda. Kompetisi ini bakal menghembuskan kehidupan baru, dan Depok akan jadi pusat aktivitas! Penisirin kaaaannn? Tunggu tanggal mainnya deh. Yang penting sekarang latihan yang rajin, jangan bolos les musiknya ya, gaes!
Mulai tahun baru ini Divisi Piano Klasik KITA Anak Negeri juga memulai kurikulum piano yang baru, revolusioner dan sangat kekinian, yang memang didesain oleh Kepala Divisi Piano Klasik, Kak Ananda Sukarlan, untuk memahami kebutuhan para murid dari usia sangat muda dan gen Alpha. Para siswa dituntun sejak dini untuk mencari jati diri, lebih fokus ke musikalitas dan kemampuan artistik, bukan hanya sekedar teknik bermain piano. “Belajar musik itu harus menyenangkan!” ujar Kak Ananda yang juga menaruh perhatian besar banget ke pendidikan musik anak berkebutuhan khusus.
Oh ya Sobat KlasiKITA, tahun 2024 ini kita merayakan 10 tahun berdirinya KITA Anak Negeri. Bakal ada sesuatu yang heboh dong pastinya!
Nah, banyak kan exciting news untuk tahun 2024 ini! Sekarang, kita ngobrol yuk bareng Kepala Divisi Piano Klasik KITA Anak Negeri, Kak Ananda Sukarlan yang kelihatannya sedang super sibuk! Mungkin beliau bisa kasih bocoran tipis-tipis? Yuuukkkkss….
KITA : Halo Kak Ananda! Selamat tahun baru, Kak! Baru sibuk apa nih?
AS : Selamat tahun baru juga untuk semua siswa, orang tua siswa, staf, dan pengajar KITA Anak Negeri! Eh, kan saya nulis tentang konser bulan Februari nanti, opera pertama di Bekasi. Kalau Bekasi aja bisa keren gitu, Depok pasti juga bisa! Anyway busway, baca deh https://kitaanaknegeri.com/opera-dari-naskah-putu-wijaya/
KITA : Jadi, kompetisi apa nih yang bakal diselenggarakan di Depok tahun 2024 ini, Kak?
AS : Namanya Kompetisi Piano Nusantara. Dulu sudah pernah diadakan sejak tahun 2017 sampai 2019, tapi pas 2020 kita masuk pandemi jadi mandek. Nah, sekarang kita mau bangkitkan lagi di kota-kota yang lebih banyak termasuk Depok, Bogor, Bekasi, Bandung dan banyak kota lain. Namanya sekarang adalah Kompetisi Piano Nusantara Plus! “Plus” di sini berarti dengan instrumen lain, jadi bukan hanya untuk piano solo, tapi juga sebagai grup dengan instrumen lain, atau vokal berupa tembang puitik.
KITA Anak Negeri bakal jadi tuan rumah untuk Depok, tapi jangan salah, kita sangat NETRAL. Netralnya ini beneran, bukan netral omon-omon 2024 loh! Jadi, siswa KITA Anak Negeri tidak mendapat “privilege” khusus dari juri, itu saya berani jamin. Nah, ini terbuka untuk siapa saja yang tinggal di Depok dan sekitarnya. Nah, tentang apa aja sih materi lagunya, gimana batas usia dan kategori, tunggu pengumuman selanjutnya ya!
KITA : Eh eh, katanya Kak Ananda punya kabar terbaru tentang kurikulum Piano Klasik KITA Anak Negeri ya? Bisa bocorin sedikit, Kak?
AS : Gini.. Saya tuh kepingin supaya KITA Anak Negeri ada di garda depan pendidikan musik klasik di Indonesia, sesuai Undang-undang Kebudayaan No. 5 tahun 2017 yang melihat kesenian bukan hanya untuk dilestarikan tapi juga untuk mengelola aset kebudayaan nasional untuk pemajuan budaya kita. Jangan terpaku ke cara yang sebaliknya, yang sebetulnya tidak produktif, yaitu seperti “membekukan” musik klasik sehingga semua orang akan memainkan musik yang sama, yang itu-itu saja.
Karya-karya edukatif saya yang tergabung di enam buku “Alicia’s Piano Books” dan “Variations on Do – Mi – Sol” kini akan diterbitkan ulang, tapi berdasarkan grading. Dan tentu ada tambahan lagu-lagu baru. Jadi ada buku Alicia level 1 – 2 untuk pemula, level 3, level 4, dan seterusnya. Ini bakal dipakai di beberapa sekolah musik, bukan hanya di Depok dan Jakarta, tapi juga sudah diminta di kota-kota lain. Buku-buku Alicia’s Piano Books sendiri sudah dipakai lama di Spanyol.
Sesuai visi misi KITA Anak Negeri, ke depan Divisi Piano Klasik bakal menerapkan 70% materi kurikulum musik komposer Indonesia. Kita tetap akan mempelajari musik komposer Barat, seperti Bach, Mozart, Schumann, Schubert, Chopin, tapi bakal menggunakan lebih banyak karya komposer Tanah Air. Ada banyak banget karya komposer Indonesia yang indah dan bisa kita pelajari. Bukan cuma piano lho ya, tapi juga vokal dan instrumen lainnya.
Partitur-partitur saya untuk alat musik brass, seperti trumpet, french horn, trombone dan tuba, juga baru saja diterbitkan, yang akan sangat berguna buat para siswa instrumen tersebut, yang sebelumnya hampir tidak ada repertoire dari komponis Indonesia untuk mereka.
Selain itu, saya juga mulai mengerjakan lagi karya-karya untuk anak dengan disabilitas, seperti untuk beberapa jari saja, piano tanpa pedal, dan lain-lain. Ini dulu saya kerjakan di Spanyol dengan sebuah yayasan, dan proyek ini berhenti karena bergantinya tahta kerajaan yang dulu sangat mendukung proyek disabilitas ini.
KITA : Berarti bukan cuma piano, Kak Ananda juga fokus mencipta karya di vokal terutama tembang puitik ya?
AS : Setelah konser saya terakhir di 2023, yaitu di Galeri Seni Hadiprana, saya memang meluangkan waktu untuk liburan sih. Liburan itu artinya mau ngapain aja, kemana aja, baca buku apa aja terserah! Enggak ada yang menyuruh. Enggak ada deadline kerjaan. Deadline masih lama semua, di tahun 2024. Kerjaan terberat selama libur adalah mencari ujung selotip di tiap kaleng atau toples kue, dan memang kayaknya berat badanku naik nih!
Nah, saya banyak baca puisi dan bikin musik dari beberapa puisi. Karena itu, setelah Hari Perempuan (dulu namanya Hari Ibu ya), saya fokus ke tema sosok seorang ibu, bagaimana tiga penyair yang berbeda membuat puisi tentang ibu mereka sendiri, yaitu Muhammad Subhan, Mustari Irawan, dan Sofyan RH. Zaid. Saya juga eksplorasi tema “Sungai” dari puisi Dorothea Rosa Herliany (Konser Sungai-Sungai) dan Ubai Dillah Al Anshori (Surat-surat Sungai). Di masa lalu, saya juga telah membuat musik dari tema “Ibu” dari sajak Wiji Thukul dan Emi Suy.
Saya mengira bahwa saya akan menulis musik yang mirip-mirip karena saya menuliskan lima tembang ini dalam empat hari, tapi ternyata tidak. Memang sering nuansa “adem” dari kenangan seorang ibu (yang tercipta dari akord yang berulang secara lembut) muncul, juga unsur “mengalir” di dua lagu saya tentang sungai, tapi berbagai progresi harmoni dan modulasi yang unik mulai bermunculan, ibaratnya saya selfie (eh, tapi kalau dengan orang lain namanya wefie ya?) dengan lima penyair yang berwajah dan berkarakter berbeda-beda ini dan menghasilkan lima frame, semua foto saya dengan sang penyair.
Jadi buku Tembang Puitik ke-8 juga baru saja terbit, berdasarkan puisi-puisi dari Henry W. Longfellow, Jorge Carrera Andrade, Wayan Jengki Sunarta, Rissa Churria, Tatan Daniel, Emma Hanubun, Mustari Irawan, Galuh Ayara, Muhammad Subhan, Sofyan RH. Zaid, Dorothea Rosa Herliany, Ubai Dillah Al Anshori, Roymon Lemosol, Nunung Noor El Niel, Ewith Bahar, dan Hilmi Faiq.
KITA : Omong-omong, kenapa sih Kak Ananda sangat terinspirasi oleh karya sastra, terutama puisi?
AS : Hmm, puisi itu melukiskan hal-hal yang tidak bisa dilukis di atas kanvas, yang hanya mampu ditangkap oleh ketajaman intuisi sang penyair. Fakta, kejadian, sejarah diolah secara kreatif, disajikan dalam metafora yang membangun emosi. Jika seorang penyair membahas langit, dia tak menjelaskan langit tapi menjelaskan pesan yang ia tangkap di balik imaji langit tersebut, itulah puisi. Nah, makanya saya ingin “menggali” daya imajinasi para vokalis untuk mengerti kata-kata di puisi tersebut, bukan hanya bisa menyanyikan segala not dan interval di berbagai tembang puitik itu.
KITA : Untuk tahun 2024 ini, ada kabar terbaru apalagi, Kak Ananda?AS : Masih ada lagi beberapa hal baru yang cukup inovatif dan revolusioner. Hmm, tapi kita sambung lagi minggu depan ya! Biar Sobat KlasiKITA tambah penisirin kan, hehehe..