Air mata mengalir di kedua pipi gadis kecil bergaun putih itu. Ia berjalan keluar ruang pengumuman sambil tertunduk lunglai. “Aku sedih Aku enggak menang,” bisiknya lirih, “Padahal.. Padahal aku ngerasa tadi mainnya lan……” Belum lagi kalimatnya rampung, panitia memanggil namanya lewat pengeras suara. “Eh, itu namaku!” Kencang ia berlari ke atas panggung menerima trophy penghargaan dan sertifikat.
Sobat KlasiKITA, gadis kecil itu belum tahu kalau pembacaan pengumuman di kompetisi piano ini dimulai dari bawah. Semua peserta masuk ke kategori penghargaan tertentu. Nilainya yang berbeda. Jadi, semakin tertunda nama kita disebut, berarti semakin tinggi kategori penghargaan yang kita peroleh.
Gadis kecil bergaun putih itu tertawa lepas. Kelihatan bahagia sekali. Trophy 2nd Commendation dari Rhapsodie Indonesia Piano Competition 2023 ia genggam erat. “Hahaha, tadi nangis, sekarang ketawa!” ujarnya ceria. Tidak heran, ia memang berhasil menampilkan Catherine Rollins Chocolate Chip Cookies di panggung besar Nusantara Hall ICE BSD, Minggu 29 Oktober 2023, dengan sangat anggun. Pembawaannya tenang. Permainannya lancar. Ia berhasil memunculkan keceriaan ala anak sekolah mengunyah chocolate chip cookies sepulang sekolah. Sobat KlasiKITA, tak seorang pun mengira panggung besar hari itu adalah penampilannya yang pertama di dunia piano klasik.
Senyum cerah juga menghiasi wajah remaja laki-laki berkemeja batik cokelat. Remaja itu baru saja berdiri di atas panggung sisi pojok kanan, yang berarti ia mendapatkan penghargaan tertinggi di kompetisi kali itu, yaitu 1st Prize Winner. Bagaimana tidak, ia sudah mempersiapkan kompetisi dengan serius sejak lama.
Tantangan demi tantangan menghiasi perjalanan persiapan kompetisi remaja laki-laki itu. Padatnya aktivitas di sekolah dan kegiatan lain membuat ia harus pandai mengatur waktu. Beberapa minggu menjelang penampilan, ia tidak sempat berlatih optimal, hingga lupa detil apa saja yang harus ia latih lewat musiknya. Namun, perjuangannya untuk bangkit memang luar biasa. Disiplin ia berlatih setiap hari dengan memperhatikan catatan dari guru. Hingga pada hari penampilan, musik George Benda Sonatina berhasil ia tampilkan optimal. Suasana khas warna merah; berani dan tegas, namun juga romantis di satu sisi, berhasil ia lagukan. Juri pun menuliskan apresiasi lewat lembar penilaian. “Senang, Kak, hehehe!” jawabnya malu-malu saat ditanya apa yang ia rasakan sekarang.
Seorang remaja perempuan berkacamata erat memeluk trophy dan sertifikat 2nd Commendation yang ia peroleh setelah lancar menampilkan Dussek Sonatina Op. 20 No. 1 1st movement. Ia mengaku puas dan lega berhasil mendapatkan penghargaan itu. Untuk Sobat KlasiKITA ketahui, aktivitas harian gadis itu sungguh padat sehingga ia harus bekerja ekstra keras untuk mempersiapkan diri menjelang kompetisi. Selain piano, ia juga rutin berlatih violin.
Nah, Sobat KlasiKITA, cerita berbeda muncul dari peserta lainnya. Tidak sedikit peserta berjalan keluar ruang pengumuman kompetisi dengan wajah sedih, muram, dan kecewa. Seorang peserta anak laki-laki menangis sambil memeluk ibunya. Kacamatanya sampai melorot. Ibu dan ayahnya berusaha menghibur. Kompetisi hari itu adalah pengalaman pertama baginya mengikuti kompetisi piano. Prestasinya di kompetisi itu cukup baik. Ia meraih Platinum Award setelah menampilkan Wedgwood Minnie Mouse Hits Town dengan lancar tanpa kesalahan sama sekali. Namun, ternyata ia sangat ingin bisa mendapatkan penghargaan tertinggi. “Gapapa kamu merasa sedih.. Kalau mau menangis, menangislah.. Pasti berat sekali ya rasanya,” ujar guru anak itu sambil berusaha memeluknya.
Peserta remaja laki-laki lain terlihat tegar mendapatkan hasil yang belum optimal. Namun, ternyata dalam perjalanan pulang ia menangis kecewa. Remaja laki-laki ini mengalami tantangan yang luar biasa besar dalam proses persiapan kompetisi. Selain mendapat materi lagu yang menantang, Max Reger Frohsinn, ia juga masih harus beradaptasi dengan jadwal di sekolah barunya. Beberapa kali ia sampai sama sekali tidak sempat berlatih piano. Bukan cuma itu, persis tujuh hari menjelang kompetisi, remaja laki-laki ini menderita sakit radang dan demam. Ia harus beristirahat total selama dua sampai tiga hari. “Ini jadi pengalaman bagus untuk mengelola rasa kecewa,” kata orang tua remaja laki-laki itu.
Sobat KlasiKITA, cerita-cerita di atas adalah sekilas gambaran suasana yang dialami para siswa piano klasik KITA Anak Negeri dalam kompetisi Rhapsodie Indonesia Piano Competition 2023 di Nusantara Hall ICE BSD, Tangerang, Sabtu 28 Oktober dan Minggu 29 Oktober 2023.
Kepala Divisi Piano Klasik KITA Anak Negeri, Kak Ananda Sukarlan menyampaikan apresiasinya. “Selamat ya buat para pemenang! Ini adalah permulaan yang sangat baik. Kompetisi berikutnya pasti akan jauh lebih menantang. Saya yakin kalian pasti bisa! Tentu maksud saya dengan ‘kompetisi’ di sini adalah tahap yang sudah semi profesional! Pintu memasuki ‘dunia nyata’,” ujarnya. Kak Ananda juga menyampaikan, nantinya apabila sudah mencapai “ujung jalan”, kompetisi piano sudah bukan lagi tentang teknik dan keterampilan. Sobat KlasiKITA, Kak Ananda pernah menulis refleksi tentang kompetisi piano dengan sangat humanis, mendalam, dan relatable di sini untuk teman-teman baca ya.. https://seword.com/umum/bagaimana-cara-memenangkan-kompetisi-piano-tNstLNZDSW.
Akhirnya, Kak Ananda menambahkan,”Semangat terus, perjuangan masih (sangat) panjang!”
Berikut daftar nama siswa piano klasik KITA Anak Negeri yang mengikuti kompetisi piano RIPC 2023 :
- Muhammad Rayhan Gunawan (Diamond Award)
- Muhammad Dzulfiqar Rissalam Ashra (Diamond Award)
- Syailendra Fattah Al-Amin (Diamond Award)
- Muhammad Abdurrazaq Darussalam (1st Prize Winner)
- Kirana Agung Praditha (2nd Commendation)
- Sean Gifaneira Roctary Nalani (3rd Commendation)
- Ayesha Hanif Izzatunnayla (Platinum Award)
- Gaia Brisbie Narwastu Putrichandra (Platinum Award)
- Haafizah Fanny Zahrah Pane (Platinum Award)
- Mikhael Alvaro Putro Wijayanto (3rd Commendation)
- Bryliana Grace Yocelyn Tarigan (2nd Commendation)
- Prama Pawitra Anderpati (Platinum Award)
- Reinevidya Najwa Veravania Hermansyah (Platinum Award)
- Raja Rura Maximus Silaban (2nd Prize Winner)
- Rr. Raisa Azkia Aliatara (Platinum Award)
- Zevanya Ameita Ginting (Gold Award)
- Chrisnya Bernita (Diamond Award)
- Inez Marlina Sihaloho (Diamond Award)
- Raynada Vidanazli Mitranda (Diamond Award)
- Clara Nareswari Aristya Andrianugroho (2nd Commendation)