KITA Anak Negeri menyadari tidak semua masalah yang ada saat ini bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan solusi-solusi lawas. Ide segar dan bermutu diperlukan. Ya, Sobat KlasiKITA benar, inovasi jawabannya. Tujuannya ada tiga, yakni untuk membentuk siswa musik yang adaptif, memastikan siswa selalu bertumbuh, dan melahirkan siswa musik dengan keunikan atau ciri khas yang kuat.
Sobat KlasiKITA, inovasi sudah menjadi hal lumrah yang harus ada di lembaga manapun. Sudah jadi hal biasa lembaga memiliki divisi khusus untuk mencetak ide-ide baru yang aplikatif dan solutif.
Inovasi menuntut adanya kreativitas untuk menyajikan ide unik yang aplikatif dan solutif. Inovasi juga menuntut cara pandang kritis dalam melakukan evaluasi. Tidak kalah penting, kebesaran hati untuk menerima ketidaksempurnaan juga dibutuhkan.
KITA Anak Negeri selalu ingin membuat inovasi dari waktu ke waktu. Tidak harus berskala besar. Inovasi juga bisa dibuat dalam skala lebih kecil asalkan berdampak.
Sobat KlasiKITA, refleksi itulah yang mendasari Kak Ananda Sukarlan, Kepala Divisi Piano Klasik KITA Anak Negeri untuk membuat gebrakan demi gebrakan dalam dunia musik klasik Indonesia. Terakhir, Divisi Piano Klasik KITA Anak Negeri memutuskan untuk membuat ujian siswa terbuka. Apa maksudnya? Ujian siswa, yang biasanya hanya ditonton oleh Kak Ananda Sukarlan, sekarang dibuat terbuka dan boleh disaksikan secara langsung oleh siapapun. Ujian siswa pun disulap menjadi konser siswa.
Inovasi tidak dibuat asal-asalan. Kak Ananda dan tim berangkat dari mendalami situasi yang ada saat ini dan mencari problem riil yang paling signifikan. Ragam ide solusi pun dimunculkan untuk kemudian didalami dan dipelajari kemungkinannya satu per satu.
Ujian siswa berlangsung Minggu, 23 Juni 2024 di auditorium lantai 3 gedung KITA Anak Negeri. Sebanyak 15 siswa menjalani ujian yang dihadiri oleh lebih dari 40 penonton yang terdiri dari orang tua dan anggota keluarga siswa. Setiap siswa menampilkan materi sesuai kurikulum di tingkat masing-masing dan diwajibkan hafal. “Kita berikan pengurangan nilai saat siswa membaca partitur di ujian,” tegas Kak Ananda. Tentu saja sebagai salah satu ciri khas KITA Anak Negeri, setiap siswa mengakhiri penampilan dengan memainkan satu lagu daerah, lagu nasional, atau lagu anak-anak Indonesia dengan aransemen sendiri.
Tanggapan siswa dan orang tua saat mengetahui ujian dibuat terbuka pun beragam. Ada yang tertarik, ada pula yang cemas. “Eh, aku ditonton semua orang tua siswa? Bukan cuma Papa Mamaku aja? Waduh, kok gituuu…” kata seorang siswa sambil menggigit jari.
Peran penguji, bagaimanapun, jelas Kak Ananda, memang mencari kekurangan dari penampilan setiap siswa. Tujuannya tentu untuk perbaikan supaya permainan bisa lebih berkembang. Sedangkan penonton, dalam hal ini orang tua dan keluarga siswa, perannya berbeda. Peran orang tua dan keluarga adalah memberikan empati dan dukungan kepada setiap siswa. “Dengan cara pandang demikian, siswa bisa menjalani ujian dengan lebih tenang,” kata Kak Ananda yang hadir dengan mengenakan sepatu berbeda warna kanan dan kiri.
Inovasi ini cukup revolusioner dalam dunia pendidikan musik di Indonesia. Namun, bukan tanpa halangan tentunya. Ide ujian siswa terbuka sempat mengalami resistensi meskipun secara dampak jelas positif, sangat memungkinkan untuk dibuat, dan bisa dijalankan secara berkesinambungan. “Fokus kita adalah memberikan manfaat untuk, secara berurutan, siswa, orang tua siswa, dan pengajar. Ujian terbuka memberikan manfaat untuk semua pihak,” ujar Kak Ananda. Beberapa instruktur piano klasik pun terlihat turut hadir untuk menikmati penampilan setiap anak didiknya.
Ujian terbuka ditutup dengan sesi foto bersama. Ujian sudah berlalu dan siswa bisa tersenyum lega sambil berpose di samping Kak Ananda. Terima kasih dan sampai jumpa lain kali, teman-teman.
“Okay, sekarang boleh foto gaya bebas.
Siaaappp..
Satu, dua, tiiiii….”
Kak Inug
pengajar piano klasik KITA Anak Negeri