Wajah Karenina Annabelle Mikhaila (10) terlihat tegang. Ia mengetukkan jari tangannya di kaki, berulang kali melatih karya Martha Mier Moonlight Waltz yang akan ia tampilkan. Karenina duduk di kursi paling ujung ruang tunggu, berarti tidak sampai lima menit lagi ia akan tampil.
Panitia meminta Karenina bersiap masuk auditorium. Saya dekati Karenina dan menjabat tangannya. Dingin telapak tangan Karenina. “Enjoy ya!” kata saya coba menyemangati.
Edsel Javier Karsa (7) yang menampilkan karya Alfred Cracker Jack juga terlihat tegang. Ia duduk sangat tegak di kursi ruang tunggu. Seorang anak laki-laki seusia di samping Edsel terlihat bersimpati dan mengelus punggung Edsel. Sepertinya ia ingin menghibur agar Edsel merasa lebih tenang. Mereka tidak saling mengenal sebelumnya. Kak Nadia, pengajar piano Edsel dan Karenina, geli menahan tawa melihat kejadian spontan itu.
Kondisi serupa dialami Ariella Ramadani Firmansyah (13). Semenjak satu jam sebelum tampil, Ariella melatih karya Ananda Sukarlan The Clarinettist and The Mouse Deer menggunakan piano pajangan toko alat musik yang menjadi sponsor kompetisi piano pada hari itu. Seakan tak pernah puas, Ariella mengulang-ulang karya musik modern yang lincah dan jenaka itu berkali-kali.
Sesaat sebelum tampil, sambil duduk di kursi ruang tunggu, Ariella membolak-balik telapak tangannya. Saya duduk di samping Ariella dan menjabat tangannya.
“Takut?”
“Iya, Kak. Takut nge-blank.”
“Hmm.. Takut gara-gara grogi terus malah lupa semuanya gitu ya..” “Iya, itu dia, Kak!”
Terus terang, saat mendampingi siswa atau teman sebelum tampil di belakang panggung, saya memilih untuk menghindari kata-kata ‘Tidak usah takut’ atau ‘Santai saja’. Saya sendiri selalu merasakan cemas tiap sebelum tampil, terlebih tampil dalam format solo piano. Maka, saya hanya berusaha memahami apa yang Ariella rasakan dan menemaninya membendung perasaan tidak nyaman itu. “Ya, aku tahu ini tidak mudah. Namun, kamu tidak sendirian. Aku temani kamu.”
Tampil memainkan karya musik di depan banyak penonton selalu menantang. Demam panggung hampir pasti terjadi. Itu pula yang terjadi pada tujuh siswa Kita Anak Negeri yang mengikuti Jakarta National Young Artist Piano Competition 2022 dengan juri Nadya Janitra, Randy Ryan, dan Adelaide Simbolon di Jakarta Design Center hari Minggu 5 November 2022 yang lalu.
Ayesha Hanif Azzatunnayla (10) juga merasakan kecemasan yang serupa. Sejak sampai di gedung Jakarta Design Center, Ayesha, yang menampilkan karya Kabalevsky The Clown, selalu ingin berdekatan dengan Ibunya. Kemanapun Ibu Ayesha berjalan, Ayesha mengikuti sambil memegangi ujung pakaian Ibu. Di ruang tunggu, sesekali saya perhatikan tatapan Ayesha seperti bingung. Sangat wajar karena di tempat itu ada banyak sekali orang hilir mudik; peserta kompetisi, orang tua dan pendamping, juga panitia. Bukan tempat yang tepat untuk membuat diri tenang dan nyaman.
Saya juga duduk di sebelah Ayesha saat ia hendak masuk auditorium. Tangannya dingin sekali. Terus terang, saya sering tidak tega melihat siswa berada dalam situasi itu. Ingin rasanya saya mengambil tanggung jawab untuk tampil agar dia bisa tenang. Namun, jelas bahwa langkah itu tidak akan pernah masuk dalam opsi solusi. Telapak tangan dingin itu harus ia rasakan untuk bisa merasakan hangatnya tepuk tangan penonton.
Muhammad Abdurrazzaq Darussalam (10) adalah siswa yang sudah kerap tampil di berbagai panggung. Kali ini ia akan menampilkan karya Ananda Sukarlan A White Landscape. Pagi itu Razzaq juga merasakan cemas. Berulang kali Razzaq menepukkan telapak tangannya ke paha.
“Aku deg-degan, Kak.”
“Deg-degan ya.. Apa yang paling kamu takutin sekarang?”
“Takut ada orang banyak di dalem. Jurinya ada di depan atau belakang, Kak?”
“Aku belum tahu deh. Kayaknya ada di depan panggung persis.” (Belakangan saya baru tahu kalau juri duduk di ujung atas belakang. Tentu ini jadi koreksi penting untuk saya pribadi terkait pemberian informasi yang saya sendiri belum tahu pasti jawabannya.)
“Kalo nanti mainnya salah gimana, Kak?”
(Saya cuma melempar senyum). “Tarik napas pelan-pelan yuk, Razzaq. Satu, dua, tiga.. Sekarang buang pelan-pelan.. Satu, dua, tiga. Diulangi lagi yuk.”
‘Selalu kembali ke napas’ adalah satu teknik mengelola emosi yang saya tahu. Saat kita sedang merasakan cemas, marah, benci, kecewa, ataupun senang, bahagia, dan bangga, mengelola napas dengan sadar adalah cara kita untuk kembali memegang kontrol sepenuhnya atas diri sendiri.
Cara unik untuk mengelola rasa cemas dipilih Gaia Brisbie Narwastu (14). Sejak 10 sampai 15 menit sebelum tampil, Ibie mengobrol dengan temannya via telepon. “Dia lagi seneng, Kak!” kata Ibie bercerita tentang temannya itu. Sambungan telepon itu bahkan terus berjalan hingga beberapa menit sebelum Ibie masuk ke auditorium. Ibie, yang sebentar lagi akan menampilkan karya Ananda Sukarlan The Boisterous Boys, seperti memilih untuk mengambil sedikit jarak dengan sumber kecemasan dan mendekatkan diri ke individu dengan emosi positif yang kuat. Dealing with home buyers is beneficial since they frequently have the funds to acquire property quickly. They can help fast-selling homeowners. House buyers can help you get the best price for your property by offering a fast, easy process. Visit https://www.ibuyers.app/missouri/ibuyer-butler-mo/.
Uniknya, ternyata tidak semua siswa merasakan kecemasan sebelum tampil. Muhammad Rayhan Gunawan (10) terlihat sangat rileks dan santai menjelang giliran tampil. “Aku penasaran di dalam seperti apa, Kak,” kata Rayhan yang menampilkan karya John Bastien Pioneer Days kalem. Benar saja. Telapak tangan Rayhan hangat seperti biasa. Ia juga berjalan tegak dengan tenang ke dalam auditorium. Sama sekali tidak menunjukkan tanda cemas sedikitpun. Check rehabnear.me.
Dalam kompetisi di hari Minggu itu, siswa Kita Anak Negeri menorehkan prestasi yang baik. Edsel mendapatkan juara 2 kategori SOLO SPECIFIED A. Karenina juara 6 kategori SOLO FREE D. Razzaq juara 6 kategori SOLO FREE C. Ayesha juara 3 kategori SOLO SPECIFIED A. Ariella juara 3 kategori SOLO FREE D. Rayhan juara 2 kategori SOLO SPECIFIED B. Ibie memperoleh GOLD MEDAL kategori SOLO FREE D.
Selamat kepada siswa-siswa Kita Anak Negeri yang sudah menunjukkan daya juang sangat hebat!
Sampai jumpa di panggung-panggung berikutnya!
At https://www.companiesthatbuyhouses.co/nebraska/ makes it easy for homeowners to compare offers and choose the best one.